Deni Tri Prasetyo on Facebook
-->

Jumat, 18 Oktober 2013

HISTORY OF GREAT ODA NOBUNAGA

Nobunaga dari klan Oda merupakan sosok besar dalam sejarah Era Shogunate di Jepang. Namun sosok Oda Nobunaga tak lepas dari peran 2 orang pengikutnya yang juga menjadi tokoh sentral dalam sejarah Shogunate di Jepang ; yaitu Tokugawa Ieyasu dan Hideyoshi (nantinya menjadi Toyotomi no Hideyoshi). Cerita dimulai pada saat Nobunaga baru saja mewarisi kursi pimpinan klan Oda dari ayahnya Nobuhide yang baru mangkat. Nobunaga digambarkan sebagai sosok pemuda yang pemarah, beringas, bodoh dan suka berburu, namun sesungguhnya itu adalah kedoknya agar sosok sebenarnya tidak "dibaca" oleh lawan-lawan dari klan tetangga bahkan bawahannya dan rakyatnya membencinya karena sikapnya itu. Namun sedikit demi sedikit dia menunjukkan prestasinya dan mulai menguasai provinsi-provinsi tetangganya. Dalam mencapai ambisinya itu, dia dibantu oleh pembantu-pembantunya yang dikemudian hari menjadi tokoh-tokoh yang memiliki popularitas yang melebihi popularitas Nobunaga sendiri. Hideyoshi yang seorang anak petani miskin yang meniti karier dari seorang pembawa sandal Nobunaga menjadi seorang jendral kesayangan Nobunaga. Lalu akhirnya menjadi seorang yang berkedudukan setara Shogun yang mampu menyatukan seluruh daratan Jepang sehingga diberi gelar Toyotomi no Hideyoshi oleh kaisar Jepang. Seorang pembantunya yang menjadi sangat terkenal adalah Tokugawa Ieyasu. Putra seorang pimpinan klan kecil yang harus dijadikan sandera klan Imagawa yang membawahi klan Tokugawa. Setelah provinsi Suruga yang dipimpin klan Imagawa mampu dijatuhkan oleh Oda Nobunaga, Tokugawa Ieyasu lalu mengabdi pada Oda Nobunaga. Karier puncaknya adalah menjadi seorang Shogun pertama dari klan Tokugawa. Nobunaga, dilahirkan sebagai putra ke-3 dari Oda Nobuhide, pemimpin Provinsi Owari pada tahun 1534. Oda Nobuhide merupakan seorang daimyo (pemimpin provinsi/tuan tanah) di provinsi Owari. Nobunaga adalah anak sah dari istri sah Nobuhide bernama Dota Gozen sehingga menempatkan Nobunaga sebagai pewaris sah. Nobunaga diangkat sebagai penguasa istana Nagoya saat baru berumur 2 tahun. Ketertarikan terhadap senjata api sudah ditunjukkan olehnya sejak kecil. Pada masa itu senjata-senjata api sudah berdatangan ke negeri jepang dari negeri barat melalui pelabuhan Tanegasima. Sejak kecil Nobunaga sudah menunjukkan kecerdasannya yang pada masa itu masih dianggap aneh dan terkesan bodoh sehingga dia dijuluki "si bodoh dari owari". Pada umur 13 tahun, dimana pada saat itu putra-putra jepang merayakan upacara menjadi dewasa Nobunaga mendapat sebutan Oda Kazusanosuke. Lalu dia mewarisi klan Oda setelah ayahnya mangkat. Nobunaga lalu mulai memimpin pasukannya untuk berperang melawan klan Saito dari Mino yang dipimpin oleh Saito Dozan pada tahun 1548. Seorang sahabat masa kecil Nobunaga yang bernama Matsudaira Takechiyo (lalu dikenal dengan nama Tokugawa Ieyasu) disandera sejak remaja oleh klan Saito. Peperangan dengan klan Saito akhirnya berakhir damai dan dikukuhkan dengan pernikahan Oda Nobunaga dengan putri Saito Dozan, Nohime. Perjanjian damai kedua klan sebelumnya dilakukan di kuil Sotoku di gunung Koya. Disini disebutkan bahwa kecerdasan Nobunaga dalam memimpin dan diplomasi ditunjukkan. Pertemuan tersebut merontokkan anggapan "si bodoh dari Owari". Pada tahun 1553 Hirate Masahide seorang sesepuh klan Oda dan juga wali bagi Nobunaga setelah ayahnya Oda Nobuhide meninggal, melakukan seppuku/bunuh diri sebagai bentuk protes terhadap tindakan Nobunaga menikahi Nohime. Kematian walinya itu telah memberi pukulan hebat untuk Nobunaga, sehingga sebagai bentuk penyesalannya, Nobunaga mendirikan sebuah kuil yang bernama kuil Masahide.
Pada tahun 1556 mertua Nobunaga, Saito Dozan terbunuh oleh pewaris klan Saito sendiri yang bernama Saito Yoshitatsu. Di dalam keluarga Oda sendiri terjadi pergolokan dalam memperebutkan posisi pewaris klan. Adik Nobunaga, Oda Nobuyiki merencanakan pemberontakan yang dibantu oleh Hayasi Hidesada dan Hayasi Michitomo. Pertempuran akhirnya pecah dan dikenal dengan pertempuran Ino. Akhirnya Nobuyuki terdesak dan terkurung di istana Suemori. Sang ibu Dota Gozen menjadi penengah antara kedua putranya yang sedang berseteru dan akhirnya Nobuyuki mendapat pengampunan Nobunaga. Namun Nobuyuki belum juga kapok dan merencanakan pemberontakannya yang kedua. Akibatnya Nobunaga terpaksa membunuh adiknya sendiri dengan menggunakan taktik berpura-pura sakit dan menjebaknya di istana Kiyosu. Nobunaga membawahi seorang ninja yang bernama Shibata Katsuie yang secara rahasia memberi informasi rencana pemberontakan adiknya itu. Lalu Nobunaga mulai mengalahkan batu sandungannya dalam menguasai provinsi Owari secara keseluruhan. Oda Nobutomo pemimpin keluarga Oda Yamato no Kami yang menjabat shugodai untuk distrik Shimoyon berhasil disingkirkan. Oda Nobukiyo penguasa istana Inuyama, Oda Nobuyasu penguasa disktrik Simoyon yang merupakan garis keturunan utama dari klan Oda dikalahkannya pada pertempuran Ukino. Akhirnya adalah menyingkirkan klan Shiba dan keluarga Oda Kiyosu memberi Oda Nobunaga kekuasaan penuh terhadap Provinsi Owari. Pada tahun 1560, pemimpin wilayah Suruga yang bernama Imagawa Yoshimoto memimpin 20.000 sampai 40.000 orang tentara untuk menyerang Owari. Benteng-benteng pertahanan Owari di perbatasan dengan Suruga beberapa sudah jatuh ke tangan pasukan Imagawa Yoshimoto. Peperangan tidak seimbang pun terjadi dan membuat panik pengikut Oda Nobunaga, namun Nobunaga tetap tenang seperti biasa. “Pada suatu tengah malam, Nobunaga bangun dari tidur meminta pembantunya menyiapkan sarapan lalu meminta pembantunya untuk memainkan alat musik untuk mengiringinya menari tarian Kowaka-mai dan bernyanyi lagu Atsumori. Setelah selesai Nobunaga minta pembantunya menyiapkan baju tempur, kuda dan memanggil panglima-panglima perangnya. Saat subuh masih gelap, Nobunaga memicu kudanya beserta 2.000 orang tentaranya. Sebelum pergi berperang, Nobunaga berdoa di kuil Atsuta-jingu. Lalu pasukan Nobunaga bergerak menuju camp pasukan Imagawa dimana pada saat itu pasukan Imagawa sedang mabuk-mabukan untuk merayakan kemenangan. Serangan fajar tersebut mengejukan pasukan Imagawa dan akhirnya bawahan Nobunaga berhasil membunuh Imagawa Yoshimoto”. Kematian pimpinan mereka membuat pasukan Imagawa patah arang dan kembali ke Suruga dengan kekalahan besar. Pertempuran itu terkenal dengan nama Pertempuran Akehazama. Peristiwa itu memberi harum nama Oda Nobunaga yang pada saat itu masih berumur 26 tahun pada saat itu. Kekalahan itu menyebabkan kekuasaan klan Imagawa terhadap klan Matsudaira melemah. Kesempatan itu diambil Nobunaga untuk menggandeng klan Matsudaira melalui perjanjian Persekutuan Kiyosu yang bertujuan untuk menghancurkan klan Imagawa. Perjanjian itu akhirnya mempertemukan Oda Nobunaga kembali dengan sahabat masa kecilnya Matsudaira Motoyasu (nanti dikenal dengan Tokugawa Ieyasu). Ambisi Nobunaga tidak berhenti disana. Provinsi tetanggan Mino yang dikuasai oleh Saito Tatsuoki. Tahun 1564, Nobunaga bersekutu dengan Azai Nagamasa dari Omi utara guna menjepit posisi klan Saito. Untuk mengukuhkan persetujuan tersebut, adik Nobunaga Oichi dinikahkan dengan Azai Nagamasa. Pada tahun 1566, Nobunaga memerintahkan Kinoshita Tokichiro (Hashiba Hideyoshi, nantinya menjadi Toyotomi no Hideyoshi) untuk membangun istana Sunomata di tepi sungau perbatasan Mino dengan Owari sebagai batu loncatan dalam penyerangan nantinya. Berkat bantuan klan Takenaka, Tiga Serangkai dari Mino bagian barat (klan Inaba, klan Ujiie dan klan Ando),klan Hachisuka, klan Maeno dan klan Kanamori; Nobunaga mampu mengalahkan klan Saito. Pada usia 33 tahun, Nobunaga telah menjadi Daimyo dari 2 propinsi, yaitu Owari dan Mino. Penaklukan Mino merupakan langkah awalnya untuk menaklukkan seluruh Jepang. Pada saai itu Pusat pemerintahan klan Oda dipindahkan ke Gifu.
Pada era tersebut keshogunan hanya merupakan boneka dari klan yang berkuasa. Saat itu klan Miyosi yang merupakan bawahan klan Hosokawa yang sudah secara turun temurun menjabat kanrei di wilayah Kinai. Shogun yang berkuasa saat itu adalah Ashikaga Yoshiteru berselisih dengan klan Miyosi sehingga menyebabkan terbunuhnya shogun oleh Tiga Serangkai Miyosi dan Matsunaga Hisahide. Adik Ashikaga Yoshiteru, yaitu Ashikaga Yoshiaki juga menjadi incaran klan Miyosi. Yoshiaki lalu pergi ke untuk mencari perlindungan ke provinsi Echizen yang dikuasai oleh Asakura Yoshikage pemimpin klan Asakura. Namun permohonan itu ditanggapi dingin oleh Asakura Yoshikage. Yoshiaki lalu beralih ke penguasa Owari dan Mino, Oda Nobunaga untuk mencari perlindungan. Permohonan ini menarik minat Nobunaga karena ini bisa dimanfaatkannya untuk alasan menguasai Kyoto, ibu kota pemerintahan Jepang pada saat itu. Nobunaga mengakui Ashikaga Yoshiaki sebagai Shogun ke-15 dan akan mengawalnya kembali ke Kyoto. Dalam perjalanan, rombongan Nobunaga harus terhenti di provinsi Omi yang dikuasai oleh klan Rokkaku yang dipimpin oleh Rokkaku Yoshikata. Namun akhirnya bisa ditaklukkan Nobunaga. “Penguasa Kyoto saat itu Miyosi Yositsugu dan Matsunaga Hisahide mampu juga dikalahkan Nobunaga sehingga memuluskan jalannya untuk menguasai ibu kota. Keshogunan yang baru berdiri namun itu hanya gelar karena kekuasaan Shogun dijalankan oleh Oda Nobunaga”. Ternyata dibelakang Nobunaga, Shogun Yoshiaki membentuk aliansi dengan Daimyo-Daimyo anti Nobunaga. Nobunaga lalu mulai menguasai provinsi-provinsi pada tahun 1567. Mulai dengan kota Sakai yang awalnya diminta tunduk dengan "sogokan" 20.000 kan, namun ditentang oleh para pedagang Sakai yang didukung oleh tiga serangkai Miyosi. Akhirnya kota Sakai tunduk juga setelah diserang oleh Pasukan Nobunaga pada tahun 1569. Nobunaga lalu menaklukkan provinsi Ise dengan bantuan kedua putranya yang dinikahkan dengan putri-putri dari klan yang berpengaruh di Ise. Klan itu adalah klan Kambe dan klan Kitabatake. Pada tahun 1570, pasukan gabungan Oda Nobunaga dan Tokugawa Ieyasu bergerah untuk menaklukkan provinsi Echizen pimpinan Asakura Yoshikage. Setelah beberapa istana Asakura ditaklukkan, pasukan gabungan tersebut mengalami serangan mendadak saat menuju Kanegasaki. “Pasukan Oda-Tokugawa dijepit oleh pasaukan Asakura di depan dan pasukan Azai Nagamasa di bagian belakang. Azai Nagamasa adalah sekutu Nobunaga dulunya saat bertempur untuk merebut Mino, yang juga merupakan adik ipar Nobunaga. Berkat kecerdikan Kinoshita Hideyoshi, Nobunaga berhasil lolos dan peristiwa tersebut terkenal dengan sebutan Jalan Lolos Kanegasaki “. Sementara itu koalisi Shogun Yoshiaki dengan para penentang Nobunaga semakin kuat yang terdiri dari Takeda Shigen, Asakura Yoshikage, Azai Nagamasa, Tiga Serangkai Miyosi, dan kekuatan bersenjata gabungan kuil Biddha dan Sinto seperti Ishiyama Honganji dan Enryakuji. Miyosi Yoshitsugu dan Matsunaga Hisahide juga diajak bergabung. Tokugawa Ieyasu dikirim untuk menaklukkan pasukan koalisi Azai-Asakura. Walau akhirnya dimenangkan oleh Ieyasu, namun kerugian yang dialami begitu besar. Pertempuran berikutnya, Pasukan Nobunaga mengalami kekalahan yang pahit melawan pasukan gabungan kuil Enryakuji-Azai-Asakura. Pada tahun 1571, Oda Nobunaga mengambil keputusan yang banyak ditentang oleh pengikutnya termasuk Tokugawa Ieyasu. Keputusan itu adalah membumihanguskan kuil Enryakuji dan membunuh semua penghuninya tidak peduli wanita dan anak-anak. Kejadian itu membuat Nobunaga mendapat kecaman terutama dari lawan-lawannya yang mengatakannya sebagai Seorang Iblis yang menghancurkan ajaran Budha di Jepang. Kuil Enryakuji merupakan kuil Budha pertama di jepang yang didirikan oleh pendeta asal cina.
Pada tahun 1575, pewaris Takeda Shigen, Takeda Katsuyori menyerang istana Nagashino. Istana tersebut merupakan kediaman menantu Ieyasu, Okudaira Nobumasa. Serangan yang dilancarkan dengan 15.000 tentara itu bermotifkan balas dendam yang ditujukan kepada Ieyasu. Ieyasu lalu meminta bantuan Nobunaga dan dijawab dengan pengerahan 30.000 tentara Oda. Ditambah 5.000 tentara Ieyasu, pasukan Takeda Katsuyori mengalami kekalahan total dimana lebih dari 10.000 tentara tewas dalam peperangan tersebut. Kemenangan ini selain karena jumlah yang jauh lebih banyak dari tentara Takeda Katsuyori, strategi pasukan penembak Oda yang jitu dan juga kegigihan tentara Nobumasa dalam mempertahankan serangan 15.000 tentara Katsutori sebelum bantuan Nobunaga dan Ieyasu datang. Pada tahun yang sama Oda Nobunaga menunjuk Shibata Katsuie sebagai Panglima Pasukan Gabungan untuk menyerang pasukan Ikko Ikki yang merupakan bentukan setelah kehancuran klan Asakura. Serangan pasukan ke Echizen membantai puluhan ribu orang tanpa pandang usia dan jenis kelamin. “Para bawahan Nobunaga menggambarkan peristiwa tersebut dengan gambaran tanah lapang yang luas tanpa satu pun tempat kosong yang tak terdapat mayat. Dan ribuan tawanan, disalib, direbus dan dibakar hidup-hidup”. Pada tahun 1576, Nobunaga membangun istana Azuchi di tepi danau Biwa Provinsi Omi. Istana itu nantinya dijadikan sebagai pusat pemerintahan Nobunaga dalam mempersatukan Jepang. Istana selesai diperkiraan tahun 1579 dan merupakan istana termegah di Jepang dan bahkan seorang misionaris dari Eropa berkata tak ada istana di eropa yang semegah istana Azuchi. Pembangunan juga mengalami hambatan diantaranya penyerangan kuil Ishiyama Honganji yang hampir gagal, pertempuran laut pertama Nobunaga yang mengalami kekalahan di muara sungai Kizu. Pertempuran laut itu disebabkan karena serangan angkatan laut Mori terhadap perahu-perahu Nobunaga yang membawa perbekalan untuk menyuplai perbekalan untuk tentara yang menyerang Kuil Ishiyama. Kekalahan itu menyebabkan pasukan Nobunaga harus menarik diri untuk sementara. Nobunaga lalu memerintahkan Kuki Yoshitaka untuk membangun perahu-perahu yang terbuat dari plat besi sehingga tahan terbakar. Pertempuran laut kedua kembali terjadi dan pasukan Nobunaga mengalami kemenangan gemilang yang diikuti oleh kemenangan melawan pasukan monk (biksu) dari kuil Ishiyama Honganji. Keberhasilan Nobunaga dalam usahanya mempersatukan tidak lepas dari para panglima perangnya. Mereka itu adalah Shibata Katsuie,Oda Nobutada, Akechi Mitsuhide, Hashiba Hideyoshi, Niwa Nagahide dan Sakuma Nobumori. Pada tahun 1579, Hashiba Hideyoshi menaklukkan Ukita Naoie dan provinsi Bizen, pasukan Hatano Hideharu dari Tanba dipaksa menyerah oleh Akechi Mitsuhide. “ Hatano langsung dihukum mati oleh Nobunaga walau sebelumnya sudah menyerah atas bujukan dari Hideyoshi. Tindakan Nobunaga ini secara tidak langsung menyebabkan terbunuhnya ibunda Akechi Mitsuhide yang sebelumnya dijadikan tawanan pasukan Hatano Hideharu. Kejadian ini merupakan awal mula rasa dendan dan kebencian Akechi Mitsuhide kepada Nobunaga”. Sementara itu, putra Nobunaga Kitabatake Nabuo (Oda Nabuo) yang ditugaskan memimpin provinsi Ise melakukan serangan ke provinsi Iga tanpa sepengetahuan Nobunaga. Serangan tersebut ternyata mengalami kegagalan dan akhirnya diketahui oleh Nobunaga. Setelah memarahi putra keduanya secara habis-habisan, Nobunga lalu menyatakan pejuang lokal di provinsi Iga sebagai musuh klan Oda. Pada tahun yang sama pula, pasukan Oda Nobunaga yang dipimpim oleh Besso Nagahara dan Araki Murashige memadamkan pemberontakkan di Kinai. “ Dengan alasan yang masih belum diketahui, Nobunaga memerintahkan istri Tokugawa Ieyasu untuk melakukkan seppuku. Tindakan ini menimbulkan pro dan kontra dikalangan pengikut Tokugawa. Namun pada akhirnya Ieyasu harus merelakan istri tercintanyanya untuk melakukan seppuku”.
Pada tahun 1580, berhasil didamaikan dengan pihak kuil Ishiyama Honganji dengan campur tangan Kaisar Ogimachi. Kuil Ishiyama lalu dipindahkan ke Osaka. Pada tahun yang sama, tanpa sebab yang masih belum diketahui; Nobunaga mengusir pengikutnya, diantaranya: Sakuma Nobumori, Hayashi Hidesada, Ando Morinari, Niwa Ujikatsu. Pada tahun 1581, Nobunaga memimpin 60.000 pasukan untuk menyerang Iga dengan motif membalas kekalahan yang pernah dialami oleh putra keduanya. Pembunuhan massal pun terjadi yang tidak memandang wanita dan anak-anak yang disangka sebagai ninja. Lebih dari 10.000 orang dikabarkan tewas dan provinsi Iga menjadi tanpa penghuni dan harta benda penduduknya juga hilang tanpa jejak. Pada Maret 1582, pasukan Oda Nobutada menyerang wilayah Takeda dan secara berturut-turut menaklukkan provinsi Shinano dan Suruga. Takeda Katsuyori sebagai pemimpin klan harus melarikan diri sampai ke gunung Tenmoku di provinsi Kai dan dipaksa melakukan seppuku/bunuh diri. Kematian Katsuyori menandai berakhirnya klan Takeda. Namun Nobunaga belum puas sampai sana dan memerintahkan memusnahkan semua keturunan Kateda dan juga pembantu-pembantunya yang dianggap nantinya akan menuntu balas akan kehancuran klan Takeda. Keputusan ini sangat ditentang keras oleh Tokugawa Ieyasu dan beberapa menteri klan Oda. Secara sembunyi-sembunyi Ieyasu menyembunyikan beberapa orang dari klan Takeda. Pada tanggal 15 Mei 1582, Tokugawa Ieyasu mengunjungi istana Azuchi dalam rangka ingin mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Nobunaga dengan memberi wilayah Suruga kepada Tokugawa. Nobunaga menugaskan Akechi Mitsuhide sebagai tuan rumah dalam penyambutan rombongan Tokugawa Ieyasu. Ditengah kunjungan Ieyasu, Nobunaga menerima utusan yang dikirim oleh Hashiba Hideyoshi yang menyampaikan permohonannya untuk meminta bantuan pasukan. Saat itu Hideyoshi berusaha merebut istana Takamatsu di Bitchu, dan mengalami kesulitan dalam menghadapi pasukan Mori yang jauh lebih banyak. Nobunaga menanggapi permintaan itu dengan mengirim Mitsuhide bersama pasukan bantuan dimana sebelumnya dibebastugaskan sebagai tuan rumah dalam penyembutan Tokugawa Ieyasu. “Namun sebenarnya Akechi Mitsuhide merasa bahwa Nobunaga kecewa dengan pekerjaannya sebagai tuan rumah, maka dari itu memgirimnya untuk membantu Hideyoshi”. Pada tanggal 29 Mei 1582, Nobunaga berangkat ke Kyoto dalam rangka untuk mempersiapan pasukan untuk menyerang pasukan Mori. Dalam perjalanan, Nobunaga menginap di kuil Honnoji di Kyoto. Akechi Mitsuhide yang sebelumnya berangkat dengan pasukan bala bantuan untuk Hideyoshi berbalik arah dan menyerang kuil Honnoji. Serangan tersebut memaksa Oda Nobunaga untuk melakukan seppuku/bunuh diri pada tanggal 2 Juni 1582. Banyak yang mengganggap serangan ini bermotif dendam lama dari tindakan Nobunaga terdahulu yang menyebabkan ibunda Mitsuhide tewas dibunuh pada saat ditawan musuh. Peristiwa ini dikenal dengan Insiden Honnoji.

Minggu, 15 April 2012

Jami’ah Al-Qarawiyyin, Universitas Tertua di Dunia.


Jami’ah Al-Qarawiyyin, Universitas Tertua di Dunia.

Pada masa kejayaan Islam, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat beribadah saja, namun juga sebagai pusat aktivitas ilmiah. Semenjak kelahiran peradaban Islam, Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya telah menggunakan masjid sebagai tempat pengkajian Al-Quran. Kegiatan intelektual ini kian berlanjut setelah Rasulullah wafat, bahkan terus menyebar ke seluruh kawasan yang telah dikuasai kaum Muslim.
Hal yang sama terjadi di Maroko, tepatnya di Fes. Di kota ini terdapat Masjid Qarawiyyin yang berdiri pada tahun 859 M. Laiknya kebanyakan masjid pada saat itu, masjid yang sering disebut Jami’ah Al-Qarawiyyin ini menjadi pusat pendidikan komunitas Muslim setempat. Kajian ilmiah di masjid ini bahkan setara dengan tingkat perguruan tinggi. Karenanya, pada tahun 1998, The Guinness Book of Record mencatat Jami’ah Al-Qarawiyyin sebagai universitas tertua di dunia yang hingga saat ini masih beroperasi dan terus memberikan gelar kesarjanaan kepada lulusannya.



Walaupun memiliki predikat sebagai universitas tertua, Jami’ah Al-Qarawiyyin bukanlah universitas pertama di dunia. Ensiklopedi Encarta menyematkan gelar perguruan tinggi pertama pada Akademi yang didirikan oleh Plato tahun 387 SM di Yunani. Menyusul setelahnya Lyceum di Athena, Universitas Alexandria di Mesir, Universitas Konstantinopel di Turki, dan Universitas Nalanda di India.
Seiring berjalanannya waktu dan pergantian kekuasaan, universitas-universitas tersebut sudah sejak lama tidak beroperasi lagi. Hal inilah yang menjadikan Jami’ah Al-Qarawiyyin sebagai universitas tertua di dunia dengan umur hampir mencapai 12 abad. Universitas ini lebih tua dari Universitas Al-Azhar di Kairo yang mulai beroperasi pada abad ke-10, bahkan jauh lebih tua dari berbagai universitas pelopor di Eropa seperti Universitas Bologna, Universitas Paris, dan Universitas Oxford yang baru beroperasi antara abad ke-11 dan abad ke-12.

Pendiri Jami’ah Al-Qarawiyyin adalah Fatimah Al-Fihri (? – 880 M), seorang muslimah terpelajar sekaligus putri pengusaha kaya. Keluarga Al-Fihri adalah imigran dari Kota Qairawan, Tunisia yang kemudian menetap di Fes bersama ribuan imigran lainnya. Sepeninggalan ayahnya, Fatimah menghabiskan seluruh harta warisannya untuk mendanai pembangunan masjid yang nantinya akan menjadi pusat ibadah dan pendidikan bagi penduduk Fes.
Arsitektur Moor
Struktur bangunan Masjid Qarawiyyin mengikuti bentuk masjid tradisional bangsa Arab yang pada umumnya terbagi atas dua bagian, yaitu mughatta (aula shalat beratap) dan sahn (halaman terbuka). Pada Masjid Qarawiyyin, bagian mughatta merupakan bangunan hypostyle yang terbentuk dari deretan aisle (barisan tiang yang membentuk sebuah lorong), sedangkan sahn Masjid Qarawiyyin berupa halaman terbuka yang dikelilingi oleh riwaq atau portico (lorong berpilar dan beratap).
Masjid Qarawiyyin yang ada pada saat ini merupakan hasil rekonstruksi dan ekspansi yang dilakukan berkali-kali oleh sejumlah penguasa Muslim. Pada awalnya, Fatimah Al-Fihri membangun masjid ini dengan struktur yang hampir sama dengan Masjid Qairawan di Tunisia. Kala itu, aula masjid atau mughatta hanya terdiri dari empat saf aisle sepanjang 30 meter, sedangkan di sebelah barat aula tersebut dibangun sebuah sahn dan menara.

Menyikapi pertambahan populasi penduduk Fes dan pelajar di Masjid Qarawiyyin, pada 956 M, Pemimpin Zenata merombak dan memperluas masjid. Khalifah Umayyah dari Kordoba, Abdurrahman III (889 – 961), menyumbangkan dana dengan jumlah yang sangat besar untuk membiayai proyek tersebut. Perluasan pertama dilakukan dengan menambah 14 deret aisle di sebelah barat dan timur aula masjid, memindahkan sahn ke bagian yang lebih barat, dan memindahkan menara ke riwaq sebelah utara.
Pada tahun 1135, Pemimpin Al-Murabitun, Ali bin Yusuf (? – 1143), menambahkan tiga deret aisle pada sisi barat masjid. Dalam perluasan kali ini, dibuat juga sebuah nave (aisle pusat) yang memotong kesepuluh deret aisle pada aula utama. Nave ini menghubungkan pintu utama aula dengan mihrab masjid. Perancang nave Masjid Qarawiyyin adalah dua orang arsitek asal Andalusia yang juga merancang nave Masjid Tlemcen di Aljazair.

Ali bin Yusuf memerintahkan arsiteknya untuk membuat sebuah mihrab baru di bagian tengah dinding kiblat. Mihrab masjid ini memiliki corak Kordoba dengan lengkungan tapal kuda dan ornamen khas ijmiz-nya. Serupa dengan mihrab Masjid Kordoba di Spanyol, ijmiz atau ornamen penghias mihrab Masjid Qarawiyyin dihiasi motif floral, geometri, dan kaligrafi kufi khas Andalusia. Sejumlah mimbar kayu untuk keperluan khutbah dan kuliah pun didatangkan langsung dari Kordoba.

Satu lagi perangkat masjid yang didatangkan dari Andalusia adalah lampu gantung (chandelier) pemberian Pemimpin Dinasti Almohad pada 1203. Lampu ini dibuat dari hasil peleburan sebuah lonceng perunggu raksasa yang diambil ketika Pasukan Almohad memenangi peperangan di Gibraltar. Hal-hal tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antara kawasan Spanyol (Andalusia) dan Maroko (Maghribi) yang kala itu sama-sama berada di bawah pemerintahan Islam.
Pada abad ke-16, Sultan Dinasti Sa’adi, Abdallah bin Al-Shaikh, turut mempercantik Masjid Qarawiyyin. Beliau membangun dua buah paviliun kembar dan sebuah air mancur (mathara) sebagai tempat berwudu di halaman masjid. Semua lantai halamannya dilapisi zilij (rangkaian ubin khas Maghribi). Banyak ahli yang berpendapat bahwa halaman Masjid Qarawiyyin merupakan representasi dari “Court of The Lions” di Istana Alhambra, Spanyol.

Masjid Qarawiyyin memiliki menara yang sangat khas dengan denah berbentuk bujur sangkar. Berfungsi sebagai tempat adzan dan observatorium astronomi, menara bercat putih ini berdiri menjulang di tengah kota Fes. Walaupun bentuknya sederhana, menara ini adalah cikal bakal menara bergaya Maghribi dan Andalusia yang dibangun setelahnya. Di atas menara terdapat ruangan bernama Darul Muwaqqit yang di dalamnya terdapat jam air Al-Lajai. Jam air tersebut dipakai untuk menghitung waktu shalat. Selain itu, masjid ini pun dilengkapi dengan jam matahari dan jam pasir.
Secara keseluruhan, masjid yang dapat menampung sekitar 22.700 jamaah ini dapat dikategorikan ke dalam bangunan berarsitektur moor. Jenis arsitektur ini adalah perpaduan antara seni Islam Afrika Utara dengan gaya Visigoth dari Semenanjung Iberia. Karakteristik gaya moor yang terdapat pada Masjid Qarawiyyin dapat dilihat dari muqarnas khas Maghribi dan Andalusia bernama mocarabe yang terdapat pada gerbang dan dinding masjid, hiasan pelaster bercorak geometri dan floral pada dinding dan langit-langit, aula hypostyle, penggunaan ubin keramik zilij, bentuk mihrab dan mimbar yang khas, penggunaan mashrabiyya atau maqsura (sekat pemisah dari kayu), serta penggunaan lengkungan tapal kuda, cuping, runcing, dan lambrequin.

Pusat Pengetahuan dan Kebudayaan Islam di Belahan Bumi Barat
Jami’ah Al-Qarawiyyin memiliki peran yang sangat besar dalam perkembangan budaya dan sejarah keilmuan dunia Islam. Sebagai masjid tertua di kawasan Maghribi, Jami’ah Al-Qarawiyyin telah sejak lama menjadi pusat ibadah serta pendidikan bagi masyarakat setempat. Tidak hanya itu, Qarawiyyin pun menjadi magnet bagi para pencari ilmu dari berbagai negeri.
Pada awalnya aktivitas ilmiah yang ada di masjid ini hanya membahas tentang ilmu tafsir, fiqih, dan hadis. Namun, seketika muncul beberapa kajian lain seperti linguistik, sastra, filsafat, politik, matematika, astronomi, ekonomi, seni rupa, dan musik. Pada abad ke-10, sebelum universitas tertua di Eropa lahir, ilmu kedokteran dan farmasi sudah diajarkan di Jami’ah Al-Qarawiyyin. Menyusul setelahnya kajian sosiologi, geografi, sejarah, arsitektur, teknik, psikologi, dan berbagai cabang ilmu alam lainnya. Dengan tetap mengikuti aturan pihak universitas, pelajar di Qarawiyyin diberikan kebebasan untuk mengambil studi apapun yang diminatinya. Dengan demikian, lahirlah sarjana-sarjana polymath yang menguasai lebih dari satu bidang ilmu.

Praktek kuliah di Masjid Qarawiyyin menggunakan sistem halaqah. Dalam sistem ini, pengajar dan pelajar duduk melingkar di lantai masjid. Pelajar pria dan wanita kuliah dalam tempat terpisah. Mimbar-mimbar masjid sering digunakan pengajar dan ilmuwan tamu untuk memberikan materi pada saat seminar atau kuliah dengan jumlah peserta yang banyak. Terdapat puluhan halaqah yang menyebar di berbagai sudut Masjid Qarawiyyin, sesuai dengan mata kuliah dan jadwalnya. Universitas Qarawiyyin pun sering mengirimkan sejumlah ilmuwannya untuk mentransfer ilmu pengetahuan ke berbagai universitas di dunia, seperti Universitas Bologna, Universitas Sankore, Universitas Al-Azhar, dan Universitas Granada.
Ketika jumlah pelajar di Universitas Qarawiyyin kian bertambah, pihak universitas akhirnya melakukan seleksi yang sangat ketat dalam menerima mahasiswa baru. Calon mahasiswa harus menguasai Al-Quran, bahasa Arab, dan ilmu-ilmu umum dari madrasah tingkat dasar. Selain itu, untuk mengatasi kepadatan ruang, beberapa halaqah dipindahkan ke sejumlah madrasah di sekitar masjid, seperti Madrasah Mesbahia, Madrasah Attarin, Madrasah Seffarin, Madrasah Fes El Jedid, dan Madrasah Bou Inania.
Aktivitas ilmiah di universitas tertua ini tidak dapat terlepas dari peran Perpustakaan Qarawiyyin yang berada di sebelah timur masjid. Bahan-bahan kuliah selalu diambil dari perpustakaan ini. Tidak hanya digunakan oleh pihak universitas saja, berbagai madrasah di sekitar Masjid Qarawiyyin pun ikut mempergunakan perpustakaan tersebut. Hingga kini, Perpustakaan Qarawiyyin merupakan salah satu yang terbesar di antara tiga puluhan perpustakaan yang ada di Kota Tua Fes.

Universitas Qarawiyyin telah melahirkan sejumlah ilmuwan Muslim yang telah memberikan kontribusi besar pada dunia pengetahuan, di antaranya adalah; ahli geografi dan pembuat peta, Muhammad Al-Idrisi (1099 – 1166); penjelajah, penulis, serta ahli hadis, Ibnu Rashid Al-Sabti (1259 – 1321); geografer, Al-Wazzan Al Fasi atau Leo Africanus (1494 – 1554); ahli teologi dan filsafat, Ibnu Al-Arabi (1076 – 1184); sastrawan, sejarawan, ahli filsafat, dan dokter, Ibnu Al-Khatib (1313 – 11374); astronom, Al-Bitruji atau Alpetragius (? – 1204); dan ahli sejarah, ekonomi, teologi, matematika, filsafat, hukum, astronomi, militer, kesehatan, dan sosiologi, Ibnu Khaldun (1332 – 1406).

ISESCO (Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization) dalam tulisannya yang bertajuk “Fes: Capital of Islamic Culture” mengemukakan, sejumlah ilmuwan besar Muslim asal Andalusia sempat mengajar di Qarawiyyin, di antaranya; ahli astronomi, fisika, psikologi, musik, botani, dan kedokteran, Ibnu Bajjah atau Avempace (1095 – 1138); ahli ilmu kedokteran dan farmasi, Ibnu Zuhr atau Avenzoar (1091 – 1161); dan ahli filsafat, teologi, psikologi, politik, musik, kedokteran, astronomi, geografi, fisika, matematika, dan teknik, Ibnu Rushid atau Averroes (1126 – 1198).

Jami’ah Al-Qarawiyyin yang menjelma menjadi sebuah universitas yang paling terkemuka di abad pertengahan membuatnya tidak hanya diminati oleh para pelajar Muslim, namun juga oleh pelajar non-Muslim. Ahli filsafat dan agama Yahudi ternama, Rabbi Moshe ben Maimon (1135 – 1204) yang dijuluki oleh para penganut Yahudi sebagai “Nabi Musa kedua” adalah lulusan Universitas Qarawiyyin. Nicolas Cleynaerts (1495 – 1542) dan Jacob Golius (1596 – 1667) tercatat pernah belajar tata bahasa Arab di universitas ini. Golius bahkan telah menerjemahkan buku astronomi karya Al-Farghani dan buku kedokteran karya Ibnu Baklarech lalu mempublikasikannya ke Eropa. Gerbert ‘d Aurillac (946 – 1003) yang kemudian menjadi Paus Sylverster II belajar matematika dan astronomi di Qarawiyyin. Beliaulah mempekenalkan sistem numeral Arab ke Eropa.

Kini, Universitas Qarawiyyin dibagi menjadi sejumlah fakultas yang tersebar di empat kota besar, di antaranya Fes, Agadir, Tetouan, dan Marrakech. Jami’ah Al-Qarawiyyin yang telah beroperasi sejak 12 abad lalu hingga sekarang tidak pernah lelah menjadi pusat ilmu bagi para pelajar dari berbagai negeri.

Perang Salib

alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5731704728087880354" />

Perang Salib



Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima perang besar Islam.

Perang Salib
Perang keagamaan antara umat Kristen Eropa dan umat Islam Asia selama hampir dua abad (1096-1291) dikenal dengan nama Perang Salib. Perang itu terjadi sebagai reaksi umat Kristen terhadap umat Islam.

Sejak tahun 632, sejumlah kota penting dan tempat suci umat Kristen dikuasai oleh umat Islam. Akibatnya, umat Kristen merasa terganggu ketika hendak berziarah ke kota suci Yerusalem. Umat Kristen tentu saja ingin merebut kembali kota itu. Perang itu disebut Perang Salib karena pasukan Kristen menggunakan tanda salib sebagai simbol pemersatu dan untuk menunjukkan bahwa peperangan yang mereka lakukan adalah perang suci.

Faktor utama penyebab terjadinya Perang Salib adalah agama, politik dan sosial ekonomi. Faktor agama, sejak Dinasti Seljuk merebut Baitulmakdis dari tangan Dinasti Fatimiah pada tahun 1070, pihak Kristen merasa tidak bebas lagi menunaikan ibadah ke sana. Hal ini disebabkan karena para penguasa Seljuk menetapkan sejumlah peraturan yang dianggap mempersulit mereka yang hendak melaksanakan ibadah ke Baitulmakdis. Bahkan mereka yang pulang berjiarah sering mengelu karena mendapatkan perlakuan jelek oleh orang-orang Seljuk yang fanatik. Umat Kristen merasa perlakuan para penguasa Dinasti Seljuk sangat berbeda dengan para penguasa Islam lainnya yang pernah menguasai kawasan itu sebelumnya.

Faktor politik, dipicu oleh kekalahan Bizantium --sejak 330 disebut Konstantinopel (Istambul)-- di Manzikart (Malazkirt atau Malasyird, Armenia) pada tahun 1071 dan jatuhnya Asia Kecil ke bawah kekuasaan Seljuk terlah mendorong Kaisai Alexius I Comnenus (Kaisar Constantinopel) untuk meminta bantuan kepada Paus Urbanus dalam usahanya untuk mengembalikan kekuasaannya di daerah-daerah pendudukan Dinasti Seljuk.

Di lain pihak, kondisi kekuasaan Islam pada waktu itu sedang melemah, sehingga orang-orang Kristen Eropa berani untuk ikut mengambil bagian dalam Perang Salib. Ketika itu Dinasti Seljuk di Asia Kecil sedang mengalami perpecahan, Dinasti Fatimiah di Mesir dalam keadaan lumpuh, sementara kekuasaan Islam di Spanyol semakin goyah. Situasi semakin bertambah parah karena adanya pertentangan segitiga antara khalifah Fatimiah di Mesir, khalifah Abbasiyah di Baghdad dan amir Umayyah di Cordoba yang memproklamirkan dirinya sebagai penguasa Kristen di Eropa untuk merebut satu persatu daerah-daerah kekuasaan Islam, seperti Dinasti-dinasti kecil di Edessa dan Baitulmakdis.

Sementara faktor sosial ekonomi dipicu oleh pedagang-pedagang besar yang berada di pantai timur Laut Tengah, terutama yang berada di kota Venezia, Genoa dan Pisa, . Kristen eropa berambisi untuk menguasai sejumlah kota-kota dagang di sepanjang pantai Timur dan selatan Laut Tengah untuk memperluas jaringan dagang mereka. Untuk itu mereka rela menanggung sebagian dana perang Salib dengan maksud menjadikan kawasan itu sebagai pusat perdagangan mereka apabila pihak Kristen Eropa memperoleh kemenangan.

Sejarawan Philip K Hitti penulis buku The History of The Arabs membagi Perang Salib ke dalam tiga periode. Periode pertama disebut periode penaklukkan daerah-daerah kekuasaan Islam. pasukan Salib yang dipimpin oleh Godfrey of Bouillon mengorganisir strategi perang dengan rapih. Mereke berhasil menduduki kota suci Palestina (Yerusalem) tanggal 7 Juni 1099. Pasukan Salib ini melakukan pembantaian besar-besaran selama lebih kurang satu minggu terhadap umat Islam tanpa membedakan laki-laki dan perempuan, anak-anak dan dewasa, serta tua dan muda. Kemenangan pasukan Salib dalam periode ini telah mengubah peta dunia Islam dan situasi di kawasan itu.

Periode kedua, disebut periode reksi umat Islam (1144-1192). Jatuhnya daerah kekuasaan Islam ke tangan kaum Salib membangkitkan kesadaran kaum Muslimin untuk menghimpun kekuatan guna menghadapi mereka. Di bawah komando Imaduddin Zangi, gubernur Mosul, kaum Muslimin bergerak maju membendung serangan kaum Salib. Bahkan mereka berhasil merebut kembali Allepo dan Edessa. Keberhasilan kaum muslimin meraih berbagai kemenangan, terutama setelah muculnya Salahuddin Yusuf al-Ayyubi (Saladin) di Mesir yang berhasil membebaskan Baitulmakdis (Jerusalem) pada 2 Oktober 1187.

Periode ketiga, berlangsung tahun 1193 hingga 1291 ini lebih dikenal dengan periode kehancuran di dalam pasukan Salib. Hal ini disebabkan karena periode ini lebih disemanganti oleh ambisi politik untuk memperoleh kekuasaan dan sesuatu yang bersifat material dari pada motivasi agama.

Kesultanan Buton (Kesultanan yang terlupakan di Indonesia)

Buton - Pulau Buton. Nama yang selalu dihubungkan dengan pertambangan aspal alam. Tak banyak yang tahu, di pulau ini ada satu kesultanan, yang berperan mengisi sejarah Indonesia.



Di kota Bau-Bau inilah komplek Kesultanan Buton berada. Terletak di puncak bukit dan menghadap ke Selat Buton. Penduduk setempat menyebutnya keraton. Aura kemegahannya masih terasa nyata.

Dari arah laut, tiang bendera setinggi dua puluh satu meter, adalah tanda pertama yang akan terlihat oleh kapal yang datang. Tiang megah dari kayu jati ini didirikan tahun 1712 tepat dihalaman depan benteng. Seolah memberi isyarat, anda sedang memasuki wilayah kota raja. Di tiang ini juga pernah dikibarkan bendera kerajaan Belanda, Jepang sebelum akhirnya dikibarkan sang merah putih.Kerajaan Buton diperkirakan berdiri pada abad empat belas, dua abad kemudian berubah menjadi kesultanan. Kompleks keraton dikelilingi oleh benteng sepanjang dua ribu tujuh ratus empat puluh meter. Benteng ini dibangun dalam kurun waktu lima puluh tahun, melampaui tiga masa sultan yang berbeda.

Benteng berbentuk huruf 'dal' dalam aksara Arab, disusun dari batu kapur dan pasir. Benteng ini dilengkapi dua belas pintu masuk dan enam belas kubu pertahanan. Banyaknya meriam yang ditempatkan di tiap sisi benteng, menunjukkan masa Kesultanan Buton tidaklah mudah. Ada musuh, ada tamu asing, dan juga ada kerajaan tetangga, yang setiap saat datang sebagai lawan.

Disisi tebing yang sekaligus pembatas benteng bagian belakang, terdapat sebuah ceruk. Letaknya tepat di bawah tanah keraton. Gua ini menjadi tempat persembunyian Arupalaka, Raja Bone, saat melarikan diri dari kejaran tentara Sultan Hasanudin dari Kerajaan Gowa. Berkat sumpah Sultan Buton yang menyatakan Arupalaka tidak berada di atas tanah Buton, maka selamatlah Raja Bone itu. Konon Arupalaka masih memiliki hubungan kekeluargaan dengan petinggi Kesultanan Buton.



Kesederhanaan ini seperti cermin dari iklim demokrasi yang telah tercipta di Kesultanan Buton, jauh sebelum Indonesia lahir. Meski ada tiga golongan yang berbeda tugas, Sultan Buton tidak selalu diangkat dari keturunan sebelumnya, melainkan tergantung pada rapat anggota dewan legislatif yang berada di tangan golongan Walaka. Beberapa sultan konon dicopot dan dihukum karena di nilai melakukan pelanggaran.

Nuansa Islami amat lekat dengan Kesultanan Buton. Ddalam setiap pengangkatan sultan baru, ada sejumlah ritual yang telah menjadi tradisi. Ada sebuah batu berbentuk tonggak tempat menyimpan air, yang akan dipakai mandi sang calon sultan, sebelum diambil sumpahnya di Masjid Agung dalam kompleks keraton. Sehabis diambil sumpahnya, sang sultan baru dibawa ke batu pengangkatan. Diatas batu yang menyerupai alat kelamin perempuan ini, sang sultan di upacarai seolah-olah baru terlahir kembali. Bentuk batu ini mengingatkan pada lingga yoni, dalam konsep ajaran Hindu.

Pengaruh Islam masuk ke Buton secara resmi pada tahun 948 hijriah, dibawa oleh Syeikh Abdul Wahid bin Sulaiman. Syeikh ini berasal dari Semenanjung Tanah Melayu. Namun baru dua abad kemudian Masjid Agung keraton dibangun. Untuk mendirikan masjid ini konon menghabiskan tiga ratus tiga belas potongan kayu, yang sama jumlahnya dengan potongan tulang-tulang tubuh manusia.

Pengaruh demokrasi dalam sistem kesultanan, juga berlaku pada anggota pengurus Masjid Agung, yang berjumlah lima puluh enam orang. Namanya Sarakidina. Mereka datang dari keturunan bangsawan maupun rakyat jelata. Tugas mereka terdiri dari satu orang lakina agama, satu orang imam, empat orang khatib, sepuluh orang moji dan empat puluh orang anggotanya.

Sayangnya denyut nadi kehidupan dan budaya masyarakat Buton yang begitu elok, seperti terisolasi dari pengetahuan nasional. Ceritanya hanya bergaung lewat artikel-artikel sederhana dalam koran. Padahal, dengan sedikit polesan tangan terampil, Pulau Buton bisa menjadi surga wisata.(Idh)

Kamis, 26 Januari 2012

Viking History


Bangsa Viking adalah suku bangsa dari Skandinavia yang berprofesi sebagai pedagang, peladang, dan paling terkenal sebagai perompak (seringkali setelah gagal berniaga) yang di antara tahun 800 dan 1050 menjarah, menduduki dan berdagang sepanjang pesisir, sungai dan pulau di Eropa dan pesisir timur laut Amerika Utara, serta bagian timur Eropa sampai ke Rusia dan Konstantinopel.

Mereka memanggil diri mereka sebagai Norsemen (orang utara), sedangkan sumber-sumber utama Russia dan Bizantium menyebut mereka dengan nama Varangian. Sampai sekarang orang Skandinavia modern masih merujuk kepada diri mereka sebagai nordbor (penduduk utara).

Leif Eriksson, yang dalam saga Islandia dikatakan keturunan para pemimpin Viking Norwegia yang mendirikan perkampungan Eropa pertama di Greenland sekitar tahun 985, kemungkinan besar adalah orang Eropa pertama yang menemukan Amerika sekitar tahun 1000. Perkampungan yang didirikannya kemungkinan besar adalah di L'Anse aux Meadows, yaitu di Newfoundland dan Labrador, Kanada.

Istilah Abad Viking telah dipakai untuk menyebut periode sejarah Skandinavia dari tahun 800 sampai 1066, yaitu sampai pada kematian dari Harald III Sigurdsson.

Sebutan Viking secara luas dapat pula digunakan untuk menyebut seluruh populasi Skandinavia di Abad Viking beserta perkampungan-perkampungan sebarannya. Sebagai contoh, para pedagang dan perompak di masa tersebut yang berasal dari pantai timur Laut Baltik dalam saga Islandia mula-mula disebut sebagai Vikinger fra Estland, atau dalam bahasa Norwegia ialah Viking Estonia.

Bangsa Viking menyisir pantai barat laut Eropa dalam kapal panjang untuk mencari dan membawa barang rampasan yang sangat berharga. Masyarakat pada masa itu pada umumnya sangat takut dengan serangan kilat dan kebrutalan Bangsa Viking, sebuah doa dari masa itu berbunyi "Selamatkan kami Tuhan, dari kemarahan Norsemen (Bangsa Viking). Mereka kerap memporakporandakan tanah kami. Mereka memebunuh anak-anak dan wanita kami" Para Viking membanggakan diri atas keberanian mereka saat berperang, sebagian besar berperang dengan berjalan kaki dan membawa pedang, tombak, serta kapak.

Sedangkanpara petingginya menggunakan kuda perang. Pasukan "pengejut" yang disebut berserker memimpin serangan. Berserker adalah bangsa Norse dengan ciri khas 'tanpa mengenakan baju perang besi' dengan tampang yang bengis dan tubuh yang kekar, serta sifatnya yang brutal. Sebelum berperang, mereka menjadi gila bertempur dengan mabuk dan narkotika serta mempercayakan pada Dewa mereka, Odin, agar mereka tetap selamat.

Kata Viking dipakai ahir-ahir ini saja, masyarakat pada waktu itu menyebut mereka Norsemen. Kata tersebut mungkin berasal dari Vik, sebuah Kota pusat perompak di Norwegia .Ketika para Norsemen pergi 'sebagai seorang Viking', berarti mereka bertarung sebagai seorang perompak. Bangsa Viking Swedia yang menetap di Eropa Timur mungkin disebut sebagai Runs, dan jadilah Rusia sebagai nama mereka. Namun,tidak semua Bangsa Viking perompak,di tanah airnya, mereka adalah petani dan nelayan, pedangan dan perajin. Banyak diantara mereka pergi bersama perompak dan hidup di Prancis utara, Inggris Utara, dan Irlandia. Kerap kali mereka menyerang Inggris dan Irlandia, lalu menjarah hingga ke Gibraltar dan Mediterania.

Di Eropa Timur, kapal Bangsa Viking membawa mereka sampai ke pedalaman dan menyusuri berbagai sungai. Mereka bertualang sangat jauh sampai kedaerah Rusia dan Ukraina, kadang-kadang merampok menyisir konstantinopel, yang sering disebut Miklagard / Kota Besar. Sedangkan para Viking yang tinggal di Perancis Utara disebut Bangsa Norman.

Raja mereka yang terkenal adalah William Sang Penakluk, yang menduduki Inggris di tahun 1066. Para Viking umumnya merupakan pelaut ulung dan tangguh, kapal-kapal kayu mereka yang disebut kapal panjang merupakan sebuah kontruksi kapal laut yang sangat kokoh, ringan dan mempunyai bagian bawah datar yang memungkinkan untuk berlayar di sungai yang dangkal dan juga diperairan terbuka

Rabu, 29 Juni 2011

History of Samurai



Asal muasal kaum SAMURAI adalah pada wangsa (keluarga) Yamato, yang merupakan klan terkuat di Jepang hingga abad ketujuh Masehi. Istilah samurai, berasal dari kata kerja bahasa Jepang saburau yang berarti ’melayani’. Pada pada awalnya istilah mengacu kepada “seseorang yang mengabdi kepada bangsawan”. Yang dinamakan samurai hanya mereka yang lahir di keluarga terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga kekaisaran.
Selanjutnya keluarga Yamato kesulitan mempertahankan sentralisasi negara dan mulai mendelegasikan tugas militer, administrasi, dan penarikan pajak pada mantan pesaing yang befungsi sebagai gubernur. Yamato dan kekaisaran makin melemah, sedangkan gubernur lokal makin kuat. Beberapa di antara mereka berevolusi menjadi daimyo atau penguasa feodal yang menguasai teritori tertentu dan independen dari pemerintahan pusat.

Periode tersebut disebut masa Heian (749-1185) yaitu ketika Jepang terpisah dalam beberapa provinsi yang dipimpin oleh gubernur (daimyo) yang langsung didatangkan dari ibukota kekaisaran Heiankyo (Kyoto). Para daimyo umumnya adalah pangeran yang memiliki pasukan pengawal. Pengawal inilah yang dikenal sebagai samurai. Istilah lain yang mengacu kepada samurai yakni bushi yang berarti “orang yang dipersenjatai/kaum militer”.

Para daimyo makin mandiri dan secara perlahan meningkatkan anggota pasukan samurai mereka, dan menyiapkan klan keluarga masing-masing sebagai penguasa turun-temurun. Pada periode tersebut pasukan samurai yang mereka miliki berkembang menjadi kelompok ksatria profesional yang juga menjadi profesi turun-temurun.

Pada awal abad ke 12 para gubernur provinsi (daimyo) yang lebih kuat dan kaya mulai bersaing untuk meraih kekuasaan. Pada tahun 1185 Minamoto no Yoritomo seorang panglima perang dari provinsi timur berhasil mengalahkan daimyo lainnya dan secara resmi menunjuk dirinya sebagai shogun yang berarti diktator militer. Mulaiah berlaku sistem feodal dengan pemerintahan militer (Bakufu) atas provinsi-provinsi.
Selanjutnya penguasa militer datang silih berganti. Namun, sejak saat itu, semua shogun, daimyo, beserta pasukan samurai mereka menjadi salah satu kelompok masyarakat yang paling hebat di Jepang dan mereka menguasai negara hingga 1867 (selama hampir 700 tahun). Seiring berjalannya waktu, semua anggota kelas penguasa, mulai dari shogun hingga ksatria yang paling rendah kastanya secara umum disebut sebagai samurai.

Pada tahun 1400, jumlah anggota kelompok samurai di Jepang mencapai angka 10 persen dari seluruh populasi masyarakat. Karena tidak ada masa peperangan, para samurai mulai merambah ke berbagai aspek budaya. Para samurai menggabungkan latihan keras dalam seni perang dengan studi ilmu klasik China seperti sastra, puisi, kaligrafi, seni lukis, dan seni keramik. Semakin tinggi derajat samurai termasuk shogun, maka semakin penting pula pelajaran tersebut baginya.

Keadaan aman tanpa perang berlangsung hingga 1467 sebelum akhirnya pemerintahan shogun melemah dan para daimyo mulai berusaha mengambil alih kekuasaan tertinggi.
Periode berikutnya dikenal dengan periode Senoku –yang berarti periode perang- berlangsung selama 101 tahun. Pada masa itu serangkaian pertempuran dan peperangan hebat terjadi di kalangan daimyo untuk saling menguasai.

Selama periode perang tersebut keahlian luar biasa dalam seni olah pedang serta senjata lain menjadi sebuah keharusan bagi para samurai. Setiap shogun dan daimyo di seluruh jepang membentuk dojo atau sekolah beladiri yang dipimpin oleh para master atau pendekar pedang. Perang antar klan ini menimbulkan kekacauan dan kehancuran. Tak terhitung banyaknya warisan seni dan budaya yang dihancrkan seperti kuil, bangunan kuno, perpustakaan yang hancur dan hilang lenyap.

ERA Tokugawa Ieyashu



Masa berikutnya Jepang berhasil disatukan sehingga mencapai masa perdamaian oleh tiga panglima perang yaitu: Oda Nobunaga (1534-1582), Toyotomi Hideyoshi (1536-1598), dan Tokugawa Ieyashu (1542-1616). Setelah satu abad lebih mengalami kekacauan, masa damai itu berdampak pada kemakmuran ekonomi dan perkembangan seni dan budaya yang terus meningkat. Arsitektur benteng menjadi marak, minat baru terhadap sastra dan puisi serta lukisan bermunculan. Upacara minum teh mencapai puncaknya, dunia keramik terus merambah bidang baru. Sedangkan ilmu bela diri pun terus berkembang.

Pada masa pemerintahan Tokugawa diberlakukan kebijakan pengasingan nasional. Semua orang Jepang dilarang meninggalakan negara secara permanen dan menolak semua orang asing mengunjungi Jepang. Jepang benar-benar terisolasi dari dunia internasional. Kebijakan ini menjadi faktor paling penting dan menyebabkan panjangnya masa pemerintahan Tokugawa hingga mencapai 250 tahun.

Pada masa Tokugawa, samurai menduduki posisi sekaligus memiliki hak-hak istimewa. Bersama dengan kelurga, samurai ini berjumlah sekitar 7-10% populasi nasional. Mereka diberi hak istimewa dan jaminan sosial yang lebih tinggi serta upah tetap yang turun temurun. Hal itu berdasarkan undang-undang yang ditetapkan Hideyoshi dan dilanjutkan oleh Tokugawa.

Karena tidak terlibat perang, samurai pada masa Tokugawa menggunakan waktu luang mereka untuk mendapat derajat pendidikan yang tidak dikenal di masa dahulu. Selama periode ini, para samurai yang sudah mendalami berbagai disiplin ilmu lain di luar seni perang, secara kolektif mulai menuliskan ciri-ciri ideal seorang samurai yang dikenal dengan Bushido atau Jalan Ksatria.

Inti bushido pada era Tokugawa adalah keyakinan bahwa samurai harus memiliki kesetiaan mutlak pada tuan/pimpinan mereka dan memiliki standar moral tinggi untuk semua tindakan dalam kehidupannya.

Kode etik Bushido mengendalikan setiap aspek kehidupan para samurai. Petunjuk utama para samurai dalam hukum tersebut adalah mereka harus mengembangkan keahlian olah pedang dan berbagai senjata lain, berpakaian dan berperilaku secara khusus, dan mempersiapkan kematian yang bisa terjadi sewaktu-waktu ketika melayani tuannya.
Bushido kemudian membentuk karakter dan perilaku masyarakat Jepang secara umum dengan cara tertentu, hingga mencapai tingkatan yang belum pernah diraih sebelumnya. Para Samurai mengajari anak-anak selama 250 tahun.

Kedatangan Laksamana Matthew Perry dengan armadanya dari Amerika di tahun 1853 yang memaksa Jepang membuka pintunya bagi perdagangan Amerika, mengakhiri masa isolasi masyarakat Jepang yang telah berlangsung selama 250 tahun.

ERA MEIJI



Saat itu Tokugawa sadar bahwa tidak bisa mempersatukan dan membangun Jepang hanya dengan pedang dan tradisi yang kaku, maka kekuasaan diserahkan kepada Meiji.
Sistem feodal kuno dan kelas samurai dihapuskan secara resmi. Meiji memerintahkan para samurai untuk menyarungkan semua katananya dan diganti dengan pena, teknologi, undang-undang, dan ilmu pengetahuan. Saat itu dua juta Samurai dikembalikan ke masyarakat, mereka belajar bahkan pergi ke Amerika. Mereka juga menterjemahkan berbagai buku asing. Dengan semangat Bushido, mereka membangun Jepang.

Bushido tetap menjadi pedoman masyarakat Jepang, mereka rela mati demi negara atau Kaisar. Pada masa perang dunia kedua, tentara Jepang menggunakan bushido sebagai wujud rela mati demi Kekaisaran dengan menjadi pasukan berani mati (kamikazee). Abad ke 20 ini Jepang mulai mengembangkan diri menjadi negara industri maju. Kemajuan Jepang tidak lepas dari latar belakang tertanamnya Bushido dalam diri Samurai.

Kamis, 03 Maret 2011

Manusia Kerdil Purbakala dari Flores, Indonesia.


Dahulu kala, banyak jenis makhluk seperti manusia hidup di atas bumi. Jenis manusia berbeda yang berjalan tegak lurus dan mempunyai otak yang cerdas. Pada di beberapa titik, jenis itu nyaris punah. Kita, manusia sekarang, spesies Homo sapiens (H. sapiens), adalah yang masih bertahan sampai sekarang.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan mereka memikirkan kapan H. sapiens menjadi satu-satunya jenis manusia yang ada/eksis. Para ilmuwan memikirkan perubahan besar terjadi sekitar 24.000 tahun yang lalu, dengan kepunahan Neandertals (Homo neanderthalensis).

Pada tahun 2003, para ilmuwan telah menemukan bukti spesies manusia yang belum ditemukan sebelumnya. Para ilmuwan menemukannya di pulau Flores di Indonesia.

Jenis yang ditemukan itu disebut Homo floresiensis sesuai dengan nama pulau tempat di temukan dan dijuluki “kurcaci” (manusia kerdil/hobbit) karena ukurannya yang kecil, yang hidup kurang lebih 12.000 tahun yang lalu. Banyak ilmuwan menganggap kurcaci ini sebagai penemuan yang paling penting di dalam ilmu anthropologi dalam 50 tahun terakhir.

“Penemuan di Flores menunjukkan, bahwa selama ribuan tahun, bukan hanya kita saja jenis manusia yang ada,” kata Bert Roberts, seorang peneliti senior di Universitas Wollongong di Australia. “ Sampai pada beberapa waktu terakhir ini, di sana ada jenis manusia lain berjalan, berbicara, saling berinteraksi, yang berlari di seputaran planet,” ia menambahkan. Roberts adalah seorang anggota tim penemu H. floresiensis itu.

Tanda-tanda pertama keberadaan kurcaci itu muncul pada 2001, ketika sebuah tim peneliti dari Australia dan Indonesia awalnya menemukan gigi dan tulang-tulang kecil di Flores. Para illmuwan itu sedang melihat-lihat fosil-fosil H. sapiens pada waktu itu.

Pada mulanya, para ilmuwan tidak mencurigai apapun, mereka berpikir fosil-fosil kecil adalah H. sapiens anak-anak.

Lalu, di hari terakhir masa penggalian pada Bulan September 2003, seorang peneliti Indonesia yang bernama Thomas Sutikna tiba-tiba menemukan sebuah tengkorak di dalam tanah. Untuk melindungi fosil, ia menggali seluruh blok pasir yang mengelilingi nya.

“Saat ia mulai menyingkap pasir yang mengubur tengkorak itu, team kami mulai menyadari bahwa ia telah menemukan bukti utuh satu spesies manusia baru, ujar Robert. Tengkorak lebih dapat mengungkap lebih banyak tentang jenis dibandingkan tulang-tulang lain, tengkorak ini adalah sangat menentukan. “Hal ini benar-benar sesuatu yang komplit, benar-benar baru.”

Tengkorak yang kecil terlihat berbeda dengan beberapa tengkorak spesies Homo apapun yang pernah ditemukan. Ia mempunyai sebuah dahi garis miring dan alis mata tebal. Mempunyai dagu yang mundur. Volume otaknya hanya seperempat dari besar otak manusia modern.

Penggalian-penggalian lebih lanjut mengungkapkan bahwa rangka manusia kerdil ini berbeda dari H. sapiens. Tengkorak dan tulang-tulang yang ditemukan berasal dari seorang wanita berusia sekitar 30 tahun dan setinggi anak berusia 4 tahun manusia sekarang. Kakinya pendek dan lebar. Dan dia mempunyai lengan yang panjang, yang bisa mencapai lututnya.

Berbagai hal mereka sebagian mirip para nenek moyang kita di masa dulu yang hidup pada 2 atau 3 juta tahun yang lalu, kata Chris Turney, seorang peneliti dari Universitas Wollongong yang terlibat setelah penemuan. Maka ia mengira fosil-fosil baru itu juga berusia sangat tua.

Namun kenyataannya berbeda, Turney menganalisa usia dari rangka fosil menunjukan bahwa tulang-tulang hanya berusia 18.000 tahun! Kurcaci itu adalah sebuah jenis manusia yang sepenuhnya baru. Apakah banyak para ilmuwan yang belum pernah melihatnya yang hidup baru-baru ini. Itu adalah penemuan yang sangat besar.

“Saya berjalan bagaikan terbang,” kata Turney. “Saya berjalan berkeliling dengan senyum yang besar sepanjang hari.”
Perdebatan Besar

Para ilmuwan mengumumkan penemuan mereka pada 2004. beberapa ahli antropologi, seperti Turner, dibuat kagum oleh berita tersebut. Tetapi para kritikus dengan cepat memperdebatkan penemuan ini. Mereka mengklaim bahwa rangka yang baru bukan jenis baru. Itu hanyalah seorang anggota spesies seperti kita dari sebuah penyakit microcephaly. Antara gejala-gejala dan kelainan yang lain, orang-orang microcephaly lebih kecil dibanding kepala dan tubuh.

Perdebatan masih berlanjut. Sementara itu, penggalian lebih lanjut pada batu pulau-pulau itu menemukan tulang-tulang dari delapan orang kurcaci lain dengan struktur tulang yang sama. Peneliti mengungkapkan bahwa individu ini hidup antara 95.000 dan 12.000 tahun yang lalu, memperkuat alasan para ilmuwan yang telah menemukan sebuah spesies baru. Roberts berkata, Tidak mungkin seluruh populasi di pulau itu menderita microcephaly pada saat yang bersamaan.

Kebanyakan para ilmuwan sekarang percaya pada H. floresiensis yang berbeda dengan jenis dari H. sapiens, Roberts berkata. “Saya katakan 99,5 persen (dari para ilmuwan) menyetujuinya, ujarnya.

Tetapi tidak setiap orang yakin. Penemuan-penemuan seperti ini bertentangan dengan teori-teori tentang evolusi (padahal teori evolusi juga masih diperdebatkan kebenarannya). Penemuan dari H. floresiensis, sebagai contoh, menentang pandangan bahwa H. sapiens menggantikan semua jenis manusia yang ada karena menyebar di seluruh dunia. Penemuan ini membuktikan bahwa ternyata H.sapiens dan H.floresiensis yang tersebar di dunia selama beberapa puluh ribu tahun terakhir.

Karena ricuhnya argumentasi-argumentasi antara para peneliti, penggalian-penggalian lebih lanjut, yang bisa menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan tentang kurcaci, berhenti pada 2004. namun sekarang, ahli antropologi itu telah siap untuk mengambil sekop-sekop mereka kembali.

Harapan para peneliti untuk menemukan lebih banyak rangka tulang dengan fitur serupa dengan itu H. floresiensis, seperti contoh DNA, yang diperlukan “Ini untuk mengatasi perselisihan kali ini dan terakhir,” Roberts berkata. Lebih banyak fosil-fosil yang akan memberikan lebih banyak secara detail mengenai kehidupan kurcaci-kurcaci itu.

Bukti sampai saat ini menyatakan bahwa kurcaci itu pandai, meskipun otak-otak mereka kecil. Eksplorasi-eksplorasi lokasi-lokasi di mana tulang-tulang itu ditemukan menunjukkan kurcaci-kurcaci menggunakan perkakas dari batu. Mereka berburu komodo dan gajah kecil. Mereka bisa menembak. Dan mereka menemukan sebuah cara untuk bepergian ke Flores, mungkin dari daratan Asia, milik mereka sendiri.

Meskipun antusias dari Roberts dan yang lainnya, ilmuwan masih tidak bisa membuktikan bahwa H. sapiens dan H. floresiensis bertahan hidup di Flores pada waktu yang bersamaan. Hanya dengan banyak menggali, dan studi-studi tambahan tentang tulang-tulang, akan menjawab pertanyaan ini. (Science News/snd)