Deni Tri Prasetyo on Facebook
-->

Jumat, 18 Oktober 2013

HISTORY OF GREAT ODA NOBUNAGA

Nobunaga dari klan Oda merupakan sosok besar dalam sejarah Era Shogunate di Jepang. Namun sosok Oda Nobunaga tak lepas dari peran 2 orang pengikutnya yang juga menjadi tokoh sentral dalam sejarah Shogunate di Jepang ; yaitu Tokugawa Ieyasu dan Hideyoshi (nantinya menjadi Toyotomi no Hideyoshi). Cerita dimulai pada saat Nobunaga baru saja mewarisi kursi pimpinan klan Oda dari ayahnya Nobuhide yang baru mangkat. Nobunaga digambarkan sebagai sosok pemuda yang pemarah, beringas, bodoh dan suka berburu, namun sesungguhnya itu adalah kedoknya agar sosok sebenarnya tidak "dibaca" oleh lawan-lawan dari klan tetangga bahkan bawahannya dan rakyatnya membencinya karena sikapnya itu. Namun sedikit demi sedikit dia menunjukkan prestasinya dan mulai menguasai provinsi-provinsi tetangganya. Dalam mencapai ambisinya itu, dia dibantu oleh pembantu-pembantunya yang dikemudian hari menjadi tokoh-tokoh yang memiliki popularitas yang melebihi popularitas Nobunaga sendiri. Hideyoshi yang seorang anak petani miskin yang meniti karier dari seorang pembawa sandal Nobunaga menjadi seorang jendral kesayangan Nobunaga. Lalu akhirnya menjadi seorang yang berkedudukan setara Shogun yang mampu menyatukan seluruh daratan Jepang sehingga diberi gelar Toyotomi no Hideyoshi oleh kaisar Jepang. Seorang pembantunya yang menjadi sangat terkenal adalah Tokugawa Ieyasu. Putra seorang pimpinan klan kecil yang harus dijadikan sandera klan Imagawa yang membawahi klan Tokugawa. Setelah provinsi Suruga yang dipimpin klan Imagawa mampu dijatuhkan oleh Oda Nobunaga, Tokugawa Ieyasu lalu mengabdi pada Oda Nobunaga. Karier puncaknya adalah menjadi seorang Shogun pertama dari klan Tokugawa. Nobunaga, dilahirkan sebagai putra ke-3 dari Oda Nobuhide, pemimpin Provinsi Owari pada tahun 1534. Oda Nobuhide merupakan seorang daimyo (pemimpin provinsi/tuan tanah) di provinsi Owari. Nobunaga adalah anak sah dari istri sah Nobuhide bernama Dota Gozen sehingga menempatkan Nobunaga sebagai pewaris sah. Nobunaga diangkat sebagai penguasa istana Nagoya saat baru berumur 2 tahun. Ketertarikan terhadap senjata api sudah ditunjukkan olehnya sejak kecil. Pada masa itu senjata-senjata api sudah berdatangan ke negeri jepang dari negeri barat melalui pelabuhan Tanegasima. Sejak kecil Nobunaga sudah menunjukkan kecerdasannya yang pada masa itu masih dianggap aneh dan terkesan bodoh sehingga dia dijuluki "si bodoh dari owari". Pada umur 13 tahun, dimana pada saat itu putra-putra jepang merayakan upacara menjadi dewasa Nobunaga mendapat sebutan Oda Kazusanosuke. Lalu dia mewarisi klan Oda setelah ayahnya mangkat. Nobunaga lalu mulai memimpin pasukannya untuk berperang melawan klan Saito dari Mino yang dipimpin oleh Saito Dozan pada tahun 1548. Seorang sahabat masa kecil Nobunaga yang bernama Matsudaira Takechiyo (lalu dikenal dengan nama Tokugawa Ieyasu) disandera sejak remaja oleh klan Saito. Peperangan dengan klan Saito akhirnya berakhir damai dan dikukuhkan dengan pernikahan Oda Nobunaga dengan putri Saito Dozan, Nohime. Perjanjian damai kedua klan sebelumnya dilakukan di kuil Sotoku di gunung Koya. Disini disebutkan bahwa kecerdasan Nobunaga dalam memimpin dan diplomasi ditunjukkan. Pertemuan tersebut merontokkan anggapan "si bodoh dari Owari". Pada tahun 1553 Hirate Masahide seorang sesepuh klan Oda dan juga wali bagi Nobunaga setelah ayahnya Oda Nobuhide meninggal, melakukan seppuku/bunuh diri sebagai bentuk protes terhadap tindakan Nobunaga menikahi Nohime. Kematian walinya itu telah memberi pukulan hebat untuk Nobunaga, sehingga sebagai bentuk penyesalannya, Nobunaga mendirikan sebuah kuil yang bernama kuil Masahide.
Pada tahun 1556 mertua Nobunaga, Saito Dozan terbunuh oleh pewaris klan Saito sendiri yang bernama Saito Yoshitatsu. Di dalam keluarga Oda sendiri terjadi pergolokan dalam memperebutkan posisi pewaris klan. Adik Nobunaga, Oda Nobuyiki merencanakan pemberontakan yang dibantu oleh Hayasi Hidesada dan Hayasi Michitomo. Pertempuran akhirnya pecah dan dikenal dengan pertempuran Ino. Akhirnya Nobuyuki terdesak dan terkurung di istana Suemori. Sang ibu Dota Gozen menjadi penengah antara kedua putranya yang sedang berseteru dan akhirnya Nobuyuki mendapat pengampunan Nobunaga. Namun Nobuyuki belum juga kapok dan merencanakan pemberontakannya yang kedua. Akibatnya Nobunaga terpaksa membunuh adiknya sendiri dengan menggunakan taktik berpura-pura sakit dan menjebaknya di istana Kiyosu. Nobunaga membawahi seorang ninja yang bernama Shibata Katsuie yang secara rahasia memberi informasi rencana pemberontakan adiknya itu. Lalu Nobunaga mulai mengalahkan batu sandungannya dalam menguasai provinsi Owari secara keseluruhan. Oda Nobutomo pemimpin keluarga Oda Yamato no Kami yang menjabat shugodai untuk distrik Shimoyon berhasil disingkirkan. Oda Nobukiyo penguasa istana Inuyama, Oda Nobuyasu penguasa disktrik Simoyon yang merupakan garis keturunan utama dari klan Oda dikalahkannya pada pertempuran Ukino. Akhirnya adalah menyingkirkan klan Shiba dan keluarga Oda Kiyosu memberi Oda Nobunaga kekuasaan penuh terhadap Provinsi Owari. Pada tahun 1560, pemimpin wilayah Suruga yang bernama Imagawa Yoshimoto memimpin 20.000 sampai 40.000 orang tentara untuk menyerang Owari. Benteng-benteng pertahanan Owari di perbatasan dengan Suruga beberapa sudah jatuh ke tangan pasukan Imagawa Yoshimoto. Peperangan tidak seimbang pun terjadi dan membuat panik pengikut Oda Nobunaga, namun Nobunaga tetap tenang seperti biasa. “Pada suatu tengah malam, Nobunaga bangun dari tidur meminta pembantunya menyiapkan sarapan lalu meminta pembantunya untuk memainkan alat musik untuk mengiringinya menari tarian Kowaka-mai dan bernyanyi lagu Atsumori. Setelah selesai Nobunaga minta pembantunya menyiapkan baju tempur, kuda dan memanggil panglima-panglima perangnya. Saat subuh masih gelap, Nobunaga memicu kudanya beserta 2.000 orang tentaranya. Sebelum pergi berperang, Nobunaga berdoa di kuil Atsuta-jingu. Lalu pasukan Nobunaga bergerak menuju camp pasukan Imagawa dimana pada saat itu pasukan Imagawa sedang mabuk-mabukan untuk merayakan kemenangan. Serangan fajar tersebut mengejukan pasukan Imagawa dan akhirnya bawahan Nobunaga berhasil membunuh Imagawa Yoshimoto”. Kematian pimpinan mereka membuat pasukan Imagawa patah arang dan kembali ke Suruga dengan kekalahan besar. Pertempuran itu terkenal dengan nama Pertempuran Akehazama. Peristiwa itu memberi harum nama Oda Nobunaga yang pada saat itu masih berumur 26 tahun pada saat itu. Kekalahan itu menyebabkan kekuasaan klan Imagawa terhadap klan Matsudaira melemah. Kesempatan itu diambil Nobunaga untuk menggandeng klan Matsudaira melalui perjanjian Persekutuan Kiyosu yang bertujuan untuk menghancurkan klan Imagawa. Perjanjian itu akhirnya mempertemukan Oda Nobunaga kembali dengan sahabat masa kecilnya Matsudaira Motoyasu (nanti dikenal dengan Tokugawa Ieyasu). Ambisi Nobunaga tidak berhenti disana. Provinsi tetanggan Mino yang dikuasai oleh Saito Tatsuoki. Tahun 1564, Nobunaga bersekutu dengan Azai Nagamasa dari Omi utara guna menjepit posisi klan Saito. Untuk mengukuhkan persetujuan tersebut, adik Nobunaga Oichi dinikahkan dengan Azai Nagamasa. Pada tahun 1566, Nobunaga memerintahkan Kinoshita Tokichiro (Hashiba Hideyoshi, nantinya menjadi Toyotomi no Hideyoshi) untuk membangun istana Sunomata di tepi sungau perbatasan Mino dengan Owari sebagai batu loncatan dalam penyerangan nantinya. Berkat bantuan klan Takenaka, Tiga Serangkai dari Mino bagian barat (klan Inaba, klan Ujiie dan klan Ando),klan Hachisuka, klan Maeno dan klan Kanamori; Nobunaga mampu mengalahkan klan Saito. Pada usia 33 tahun, Nobunaga telah menjadi Daimyo dari 2 propinsi, yaitu Owari dan Mino. Penaklukan Mino merupakan langkah awalnya untuk menaklukkan seluruh Jepang. Pada saai itu Pusat pemerintahan klan Oda dipindahkan ke Gifu.
Pada era tersebut keshogunan hanya merupakan boneka dari klan yang berkuasa. Saat itu klan Miyosi yang merupakan bawahan klan Hosokawa yang sudah secara turun temurun menjabat kanrei di wilayah Kinai. Shogun yang berkuasa saat itu adalah Ashikaga Yoshiteru berselisih dengan klan Miyosi sehingga menyebabkan terbunuhnya shogun oleh Tiga Serangkai Miyosi dan Matsunaga Hisahide. Adik Ashikaga Yoshiteru, yaitu Ashikaga Yoshiaki juga menjadi incaran klan Miyosi. Yoshiaki lalu pergi ke untuk mencari perlindungan ke provinsi Echizen yang dikuasai oleh Asakura Yoshikage pemimpin klan Asakura. Namun permohonan itu ditanggapi dingin oleh Asakura Yoshikage. Yoshiaki lalu beralih ke penguasa Owari dan Mino, Oda Nobunaga untuk mencari perlindungan. Permohonan ini menarik minat Nobunaga karena ini bisa dimanfaatkannya untuk alasan menguasai Kyoto, ibu kota pemerintahan Jepang pada saat itu. Nobunaga mengakui Ashikaga Yoshiaki sebagai Shogun ke-15 dan akan mengawalnya kembali ke Kyoto. Dalam perjalanan, rombongan Nobunaga harus terhenti di provinsi Omi yang dikuasai oleh klan Rokkaku yang dipimpin oleh Rokkaku Yoshikata. Namun akhirnya bisa ditaklukkan Nobunaga. “Penguasa Kyoto saat itu Miyosi Yositsugu dan Matsunaga Hisahide mampu juga dikalahkan Nobunaga sehingga memuluskan jalannya untuk menguasai ibu kota. Keshogunan yang baru berdiri namun itu hanya gelar karena kekuasaan Shogun dijalankan oleh Oda Nobunaga”. Ternyata dibelakang Nobunaga, Shogun Yoshiaki membentuk aliansi dengan Daimyo-Daimyo anti Nobunaga. Nobunaga lalu mulai menguasai provinsi-provinsi pada tahun 1567. Mulai dengan kota Sakai yang awalnya diminta tunduk dengan "sogokan" 20.000 kan, namun ditentang oleh para pedagang Sakai yang didukung oleh tiga serangkai Miyosi. Akhirnya kota Sakai tunduk juga setelah diserang oleh Pasukan Nobunaga pada tahun 1569. Nobunaga lalu menaklukkan provinsi Ise dengan bantuan kedua putranya yang dinikahkan dengan putri-putri dari klan yang berpengaruh di Ise. Klan itu adalah klan Kambe dan klan Kitabatake. Pada tahun 1570, pasukan gabungan Oda Nobunaga dan Tokugawa Ieyasu bergerah untuk menaklukkan provinsi Echizen pimpinan Asakura Yoshikage. Setelah beberapa istana Asakura ditaklukkan, pasukan gabungan tersebut mengalami serangan mendadak saat menuju Kanegasaki. “Pasukan Oda-Tokugawa dijepit oleh pasaukan Asakura di depan dan pasukan Azai Nagamasa di bagian belakang. Azai Nagamasa adalah sekutu Nobunaga dulunya saat bertempur untuk merebut Mino, yang juga merupakan adik ipar Nobunaga. Berkat kecerdikan Kinoshita Hideyoshi, Nobunaga berhasil lolos dan peristiwa tersebut terkenal dengan sebutan Jalan Lolos Kanegasaki “. Sementara itu koalisi Shogun Yoshiaki dengan para penentang Nobunaga semakin kuat yang terdiri dari Takeda Shigen, Asakura Yoshikage, Azai Nagamasa, Tiga Serangkai Miyosi, dan kekuatan bersenjata gabungan kuil Biddha dan Sinto seperti Ishiyama Honganji dan Enryakuji. Miyosi Yoshitsugu dan Matsunaga Hisahide juga diajak bergabung. Tokugawa Ieyasu dikirim untuk menaklukkan pasukan koalisi Azai-Asakura. Walau akhirnya dimenangkan oleh Ieyasu, namun kerugian yang dialami begitu besar. Pertempuran berikutnya, Pasukan Nobunaga mengalami kekalahan yang pahit melawan pasukan gabungan kuil Enryakuji-Azai-Asakura. Pada tahun 1571, Oda Nobunaga mengambil keputusan yang banyak ditentang oleh pengikutnya termasuk Tokugawa Ieyasu. Keputusan itu adalah membumihanguskan kuil Enryakuji dan membunuh semua penghuninya tidak peduli wanita dan anak-anak. Kejadian itu membuat Nobunaga mendapat kecaman terutama dari lawan-lawannya yang mengatakannya sebagai Seorang Iblis yang menghancurkan ajaran Budha di Jepang. Kuil Enryakuji merupakan kuil Budha pertama di jepang yang didirikan oleh pendeta asal cina.
Pada tahun 1575, pewaris Takeda Shigen, Takeda Katsuyori menyerang istana Nagashino. Istana tersebut merupakan kediaman menantu Ieyasu, Okudaira Nobumasa. Serangan yang dilancarkan dengan 15.000 tentara itu bermotifkan balas dendam yang ditujukan kepada Ieyasu. Ieyasu lalu meminta bantuan Nobunaga dan dijawab dengan pengerahan 30.000 tentara Oda. Ditambah 5.000 tentara Ieyasu, pasukan Takeda Katsuyori mengalami kekalahan total dimana lebih dari 10.000 tentara tewas dalam peperangan tersebut. Kemenangan ini selain karena jumlah yang jauh lebih banyak dari tentara Takeda Katsuyori, strategi pasukan penembak Oda yang jitu dan juga kegigihan tentara Nobumasa dalam mempertahankan serangan 15.000 tentara Katsutori sebelum bantuan Nobunaga dan Ieyasu datang. Pada tahun yang sama Oda Nobunaga menunjuk Shibata Katsuie sebagai Panglima Pasukan Gabungan untuk menyerang pasukan Ikko Ikki yang merupakan bentukan setelah kehancuran klan Asakura. Serangan pasukan ke Echizen membantai puluhan ribu orang tanpa pandang usia dan jenis kelamin. “Para bawahan Nobunaga menggambarkan peristiwa tersebut dengan gambaran tanah lapang yang luas tanpa satu pun tempat kosong yang tak terdapat mayat. Dan ribuan tawanan, disalib, direbus dan dibakar hidup-hidup”. Pada tahun 1576, Nobunaga membangun istana Azuchi di tepi danau Biwa Provinsi Omi. Istana itu nantinya dijadikan sebagai pusat pemerintahan Nobunaga dalam mempersatukan Jepang. Istana selesai diperkiraan tahun 1579 dan merupakan istana termegah di Jepang dan bahkan seorang misionaris dari Eropa berkata tak ada istana di eropa yang semegah istana Azuchi. Pembangunan juga mengalami hambatan diantaranya penyerangan kuil Ishiyama Honganji yang hampir gagal, pertempuran laut pertama Nobunaga yang mengalami kekalahan di muara sungai Kizu. Pertempuran laut itu disebabkan karena serangan angkatan laut Mori terhadap perahu-perahu Nobunaga yang membawa perbekalan untuk menyuplai perbekalan untuk tentara yang menyerang Kuil Ishiyama. Kekalahan itu menyebabkan pasukan Nobunaga harus menarik diri untuk sementara. Nobunaga lalu memerintahkan Kuki Yoshitaka untuk membangun perahu-perahu yang terbuat dari plat besi sehingga tahan terbakar. Pertempuran laut kedua kembali terjadi dan pasukan Nobunaga mengalami kemenangan gemilang yang diikuti oleh kemenangan melawan pasukan monk (biksu) dari kuil Ishiyama Honganji. Keberhasilan Nobunaga dalam usahanya mempersatukan tidak lepas dari para panglima perangnya. Mereka itu adalah Shibata Katsuie,Oda Nobutada, Akechi Mitsuhide, Hashiba Hideyoshi, Niwa Nagahide dan Sakuma Nobumori. Pada tahun 1579, Hashiba Hideyoshi menaklukkan Ukita Naoie dan provinsi Bizen, pasukan Hatano Hideharu dari Tanba dipaksa menyerah oleh Akechi Mitsuhide. “ Hatano langsung dihukum mati oleh Nobunaga walau sebelumnya sudah menyerah atas bujukan dari Hideyoshi. Tindakan Nobunaga ini secara tidak langsung menyebabkan terbunuhnya ibunda Akechi Mitsuhide yang sebelumnya dijadikan tawanan pasukan Hatano Hideharu. Kejadian ini merupakan awal mula rasa dendan dan kebencian Akechi Mitsuhide kepada Nobunaga”. Sementara itu, putra Nobunaga Kitabatake Nabuo (Oda Nabuo) yang ditugaskan memimpin provinsi Ise melakukan serangan ke provinsi Iga tanpa sepengetahuan Nobunaga. Serangan tersebut ternyata mengalami kegagalan dan akhirnya diketahui oleh Nobunaga. Setelah memarahi putra keduanya secara habis-habisan, Nobunga lalu menyatakan pejuang lokal di provinsi Iga sebagai musuh klan Oda. Pada tahun yang sama pula, pasukan Oda Nobunaga yang dipimpim oleh Besso Nagahara dan Araki Murashige memadamkan pemberontakkan di Kinai. “ Dengan alasan yang masih belum diketahui, Nobunaga memerintahkan istri Tokugawa Ieyasu untuk melakukkan seppuku. Tindakan ini menimbulkan pro dan kontra dikalangan pengikut Tokugawa. Namun pada akhirnya Ieyasu harus merelakan istri tercintanyanya untuk melakukan seppuku”.
Pada tahun 1580, berhasil didamaikan dengan pihak kuil Ishiyama Honganji dengan campur tangan Kaisar Ogimachi. Kuil Ishiyama lalu dipindahkan ke Osaka. Pada tahun yang sama, tanpa sebab yang masih belum diketahui; Nobunaga mengusir pengikutnya, diantaranya: Sakuma Nobumori, Hayashi Hidesada, Ando Morinari, Niwa Ujikatsu. Pada tahun 1581, Nobunaga memimpin 60.000 pasukan untuk menyerang Iga dengan motif membalas kekalahan yang pernah dialami oleh putra keduanya. Pembunuhan massal pun terjadi yang tidak memandang wanita dan anak-anak yang disangka sebagai ninja. Lebih dari 10.000 orang dikabarkan tewas dan provinsi Iga menjadi tanpa penghuni dan harta benda penduduknya juga hilang tanpa jejak. Pada Maret 1582, pasukan Oda Nobutada menyerang wilayah Takeda dan secara berturut-turut menaklukkan provinsi Shinano dan Suruga. Takeda Katsuyori sebagai pemimpin klan harus melarikan diri sampai ke gunung Tenmoku di provinsi Kai dan dipaksa melakukan seppuku/bunuh diri. Kematian Katsuyori menandai berakhirnya klan Takeda. Namun Nobunaga belum puas sampai sana dan memerintahkan memusnahkan semua keturunan Kateda dan juga pembantu-pembantunya yang dianggap nantinya akan menuntu balas akan kehancuran klan Takeda. Keputusan ini sangat ditentang keras oleh Tokugawa Ieyasu dan beberapa menteri klan Oda. Secara sembunyi-sembunyi Ieyasu menyembunyikan beberapa orang dari klan Takeda. Pada tanggal 15 Mei 1582, Tokugawa Ieyasu mengunjungi istana Azuchi dalam rangka ingin mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Nobunaga dengan memberi wilayah Suruga kepada Tokugawa. Nobunaga menugaskan Akechi Mitsuhide sebagai tuan rumah dalam penyambutan rombongan Tokugawa Ieyasu. Ditengah kunjungan Ieyasu, Nobunaga menerima utusan yang dikirim oleh Hashiba Hideyoshi yang menyampaikan permohonannya untuk meminta bantuan pasukan. Saat itu Hideyoshi berusaha merebut istana Takamatsu di Bitchu, dan mengalami kesulitan dalam menghadapi pasukan Mori yang jauh lebih banyak. Nobunaga menanggapi permintaan itu dengan mengirim Mitsuhide bersama pasukan bantuan dimana sebelumnya dibebastugaskan sebagai tuan rumah dalam penyembutan Tokugawa Ieyasu. “Namun sebenarnya Akechi Mitsuhide merasa bahwa Nobunaga kecewa dengan pekerjaannya sebagai tuan rumah, maka dari itu memgirimnya untuk membantu Hideyoshi”. Pada tanggal 29 Mei 1582, Nobunaga berangkat ke Kyoto dalam rangka untuk mempersiapan pasukan untuk menyerang pasukan Mori. Dalam perjalanan, Nobunaga menginap di kuil Honnoji di Kyoto. Akechi Mitsuhide yang sebelumnya berangkat dengan pasukan bala bantuan untuk Hideyoshi berbalik arah dan menyerang kuil Honnoji. Serangan tersebut memaksa Oda Nobunaga untuk melakukan seppuku/bunuh diri pada tanggal 2 Juni 1582. Banyak yang mengganggap serangan ini bermotif dendam lama dari tindakan Nobunaga terdahulu yang menyebabkan ibunda Mitsuhide tewas dibunuh pada saat ditawan musuh. Peristiwa ini dikenal dengan Insiden Honnoji.