Deni Tri Prasetyo on Facebook
-->

Rabu, 29 Juni 2011

History of Samurai



Asal muasal kaum SAMURAI adalah pada wangsa (keluarga) Yamato, yang merupakan klan terkuat di Jepang hingga abad ketujuh Masehi. Istilah samurai, berasal dari kata kerja bahasa Jepang saburau yang berarti ’melayani’. Pada pada awalnya istilah mengacu kepada “seseorang yang mengabdi kepada bangsawan”. Yang dinamakan samurai hanya mereka yang lahir di keluarga terhormat dan ditugaskan untuk menjaga anggota keluarga kekaisaran.
Selanjutnya keluarga Yamato kesulitan mempertahankan sentralisasi negara dan mulai mendelegasikan tugas militer, administrasi, dan penarikan pajak pada mantan pesaing yang befungsi sebagai gubernur. Yamato dan kekaisaran makin melemah, sedangkan gubernur lokal makin kuat. Beberapa di antara mereka berevolusi menjadi daimyo atau penguasa feodal yang menguasai teritori tertentu dan independen dari pemerintahan pusat.

Periode tersebut disebut masa Heian (749-1185) yaitu ketika Jepang terpisah dalam beberapa provinsi yang dipimpin oleh gubernur (daimyo) yang langsung didatangkan dari ibukota kekaisaran Heiankyo (Kyoto). Para daimyo umumnya adalah pangeran yang memiliki pasukan pengawal. Pengawal inilah yang dikenal sebagai samurai. Istilah lain yang mengacu kepada samurai yakni bushi yang berarti “orang yang dipersenjatai/kaum militer”.

Para daimyo makin mandiri dan secara perlahan meningkatkan anggota pasukan samurai mereka, dan menyiapkan klan keluarga masing-masing sebagai penguasa turun-temurun. Pada periode tersebut pasukan samurai yang mereka miliki berkembang menjadi kelompok ksatria profesional yang juga menjadi profesi turun-temurun.

Pada awal abad ke 12 para gubernur provinsi (daimyo) yang lebih kuat dan kaya mulai bersaing untuk meraih kekuasaan. Pada tahun 1185 Minamoto no Yoritomo seorang panglima perang dari provinsi timur berhasil mengalahkan daimyo lainnya dan secara resmi menunjuk dirinya sebagai shogun yang berarti diktator militer. Mulaiah berlaku sistem feodal dengan pemerintahan militer (Bakufu) atas provinsi-provinsi.
Selanjutnya penguasa militer datang silih berganti. Namun, sejak saat itu, semua shogun, daimyo, beserta pasukan samurai mereka menjadi salah satu kelompok masyarakat yang paling hebat di Jepang dan mereka menguasai negara hingga 1867 (selama hampir 700 tahun). Seiring berjalannya waktu, semua anggota kelas penguasa, mulai dari shogun hingga ksatria yang paling rendah kastanya secara umum disebut sebagai samurai.

Pada tahun 1400, jumlah anggota kelompok samurai di Jepang mencapai angka 10 persen dari seluruh populasi masyarakat. Karena tidak ada masa peperangan, para samurai mulai merambah ke berbagai aspek budaya. Para samurai menggabungkan latihan keras dalam seni perang dengan studi ilmu klasik China seperti sastra, puisi, kaligrafi, seni lukis, dan seni keramik. Semakin tinggi derajat samurai termasuk shogun, maka semakin penting pula pelajaran tersebut baginya.

Keadaan aman tanpa perang berlangsung hingga 1467 sebelum akhirnya pemerintahan shogun melemah dan para daimyo mulai berusaha mengambil alih kekuasaan tertinggi.
Periode berikutnya dikenal dengan periode Senoku –yang berarti periode perang- berlangsung selama 101 tahun. Pada masa itu serangkaian pertempuran dan peperangan hebat terjadi di kalangan daimyo untuk saling menguasai.

Selama periode perang tersebut keahlian luar biasa dalam seni olah pedang serta senjata lain menjadi sebuah keharusan bagi para samurai. Setiap shogun dan daimyo di seluruh jepang membentuk dojo atau sekolah beladiri yang dipimpin oleh para master atau pendekar pedang. Perang antar klan ini menimbulkan kekacauan dan kehancuran. Tak terhitung banyaknya warisan seni dan budaya yang dihancrkan seperti kuil, bangunan kuno, perpustakaan yang hancur dan hilang lenyap.

ERA Tokugawa Ieyashu



Masa berikutnya Jepang berhasil disatukan sehingga mencapai masa perdamaian oleh tiga panglima perang yaitu: Oda Nobunaga (1534-1582), Toyotomi Hideyoshi (1536-1598), dan Tokugawa Ieyashu (1542-1616). Setelah satu abad lebih mengalami kekacauan, masa damai itu berdampak pada kemakmuran ekonomi dan perkembangan seni dan budaya yang terus meningkat. Arsitektur benteng menjadi marak, minat baru terhadap sastra dan puisi serta lukisan bermunculan. Upacara minum teh mencapai puncaknya, dunia keramik terus merambah bidang baru. Sedangkan ilmu bela diri pun terus berkembang.

Pada masa pemerintahan Tokugawa diberlakukan kebijakan pengasingan nasional. Semua orang Jepang dilarang meninggalakan negara secara permanen dan menolak semua orang asing mengunjungi Jepang. Jepang benar-benar terisolasi dari dunia internasional. Kebijakan ini menjadi faktor paling penting dan menyebabkan panjangnya masa pemerintahan Tokugawa hingga mencapai 250 tahun.

Pada masa Tokugawa, samurai menduduki posisi sekaligus memiliki hak-hak istimewa. Bersama dengan kelurga, samurai ini berjumlah sekitar 7-10% populasi nasional. Mereka diberi hak istimewa dan jaminan sosial yang lebih tinggi serta upah tetap yang turun temurun. Hal itu berdasarkan undang-undang yang ditetapkan Hideyoshi dan dilanjutkan oleh Tokugawa.

Karena tidak terlibat perang, samurai pada masa Tokugawa menggunakan waktu luang mereka untuk mendapat derajat pendidikan yang tidak dikenal di masa dahulu. Selama periode ini, para samurai yang sudah mendalami berbagai disiplin ilmu lain di luar seni perang, secara kolektif mulai menuliskan ciri-ciri ideal seorang samurai yang dikenal dengan Bushido atau Jalan Ksatria.

Inti bushido pada era Tokugawa adalah keyakinan bahwa samurai harus memiliki kesetiaan mutlak pada tuan/pimpinan mereka dan memiliki standar moral tinggi untuk semua tindakan dalam kehidupannya.

Kode etik Bushido mengendalikan setiap aspek kehidupan para samurai. Petunjuk utama para samurai dalam hukum tersebut adalah mereka harus mengembangkan keahlian olah pedang dan berbagai senjata lain, berpakaian dan berperilaku secara khusus, dan mempersiapkan kematian yang bisa terjadi sewaktu-waktu ketika melayani tuannya.
Bushido kemudian membentuk karakter dan perilaku masyarakat Jepang secara umum dengan cara tertentu, hingga mencapai tingkatan yang belum pernah diraih sebelumnya. Para Samurai mengajari anak-anak selama 250 tahun.

Kedatangan Laksamana Matthew Perry dengan armadanya dari Amerika di tahun 1853 yang memaksa Jepang membuka pintunya bagi perdagangan Amerika, mengakhiri masa isolasi masyarakat Jepang yang telah berlangsung selama 250 tahun.

ERA MEIJI



Saat itu Tokugawa sadar bahwa tidak bisa mempersatukan dan membangun Jepang hanya dengan pedang dan tradisi yang kaku, maka kekuasaan diserahkan kepada Meiji.
Sistem feodal kuno dan kelas samurai dihapuskan secara resmi. Meiji memerintahkan para samurai untuk menyarungkan semua katananya dan diganti dengan pena, teknologi, undang-undang, dan ilmu pengetahuan. Saat itu dua juta Samurai dikembalikan ke masyarakat, mereka belajar bahkan pergi ke Amerika. Mereka juga menterjemahkan berbagai buku asing. Dengan semangat Bushido, mereka membangun Jepang.

Bushido tetap menjadi pedoman masyarakat Jepang, mereka rela mati demi negara atau Kaisar. Pada masa perang dunia kedua, tentara Jepang menggunakan bushido sebagai wujud rela mati demi Kekaisaran dengan menjadi pasukan berani mati (kamikazee). Abad ke 20 ini Jepang mulai mengembangkan diri menjadi negara industri maju. Kemajuan Jepang tidak lepas dari latar belakang tertanamnya Bushido dalam diri Samurai.

Kamis, 03 Maret 2011

Manusia Kerdil Purbakala dari Flores, Indonesia.


Dahulu kala, banyak jenis makhluk seperti manusia hidup di atas bumi. Jenis manusia berbeda yang berjalan tegak lurus dan mempunyai otak yang cerdas. Pada di beberapa titik, jenis itu nyaris punah. Kita, manusia sekarang, spesies Homo sapiens (H. sapiens), adalah yang masih bertahan sampai sekarang.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan mereka memikirkan kapan H. sapiens menjadi satu-satunya jenis manusia yang ada/eksis. Para ilmuwan memikirkan perubahan besar terjadi sekitar 24.000 tahun yang lalu, dengan kepunahan Neandertals (Homo neanderthalensis).

Pada tahun 2003, para ilmuwan telah menemukan bukti spesies manusia yang belum ditemukan sebelumnya. Para ilmuwan menemukannya di pulau Flores di Indonesia.

Jenis yang ditemukan itu disebut Homo floresiensis sesuai dengan nama pulau tempat di temukan dan dijuluki “kurcaci” (manusia kerdil/hobbit) karena ukurannya yang kecil, yang hidup kurang lebih 12.000 tahun yang lalu. Banyak ilmuwan menganggap kurcaci ini sebagai penemuan yang paling penting di dalam ilmu anthropologi dalam 50 tahun terakhir.

“Penemuan di Flores menunjukkan, bahwa selama ribuan tahun, bukan hanya kita saja jenis manusia yang ada,” kata Bert Roberts, seorang peneliti senior di Universitas Wollongong di Australia. “ Sampai pada beberapa waktu terakhir ini, di sana ada jenis manusia lain berjalan, berbicara, saling berinteraksi, yang berlari di seputaran planet,” ia menambahkan. Roberts adalah seorang anggota tim penemu H. floresiensis itu.

Tanda-tanda pertama keberadaan kurcaci itu muncul pada 2001, ketika sebuah tim peneliti dari Australia dan Indonesia awalnya menemukan gigi dan tulang-tulang kecil di Flores. Para illmuwan itu sedang melihat-lihat fosil-fosil H. sapiens pada waktu itu.

Pada mulanya, para ilmuwan tidak mencurigai apapun, mereka berpikir fosil-fosil kecil adalah H. sapiens anak-anak.

Lalu, di hari terakhir masa penggalian pada Bulan September 2003, seorang peneliti Indonesia yang bernama Thomas Sutikna tiba-tiba menemukan sebuah tengkorak di dalam tanah. Untuk melindungi fosil, ia menggali seluruh blok pasir yang mengelilingi nya.

“Saat ia mulai menyingkap pasir yang mengubur tengkorak itu, team kami mulai menyadari bahwa ia telah menemukan bukti utuh satu spesies manusia baru, ujar Robert. Tengkorak lebih dapat mengungkap lebih banyak tentang jenis dibandingkan tulang-tulang lain, tengkorak ini adalah sangat menentukan. “Hal ini benar-benar sesuatu yang komplit, benar-benar baru.”

Tengkorak yang kecil terlihat berbeda dengan beberapa tengkorak spesies Homo apapun yang pernah ditemukan. Ia mempunyai sebuah dahi garis miring dan alis mata tebal. Mempunyai dagu yang mundur. Volume otaknya hanya seperempat dari besar otak manusia modern.

Penggalian-penggalian lebih lanjut mengungkapkan bahwa rangka manusia kerdil ini berbeda dari H. sapiens. Tengkorak dan tulang-tulang yang ditemukan berasal dari seorang wanita berusia sekitar 30 tahun dan setinggi anak berusia 4 tahun manusia sekarang. Kakinya pendek dan lebar. Dan dia mempunyai lengan yang panjang, yang bisa mencapai lututnya.

Berbagai hal mereka sebagian mirip para nenek moyang kita di masa dulu yang hidup pada 2 atau 3 juta tahun yang lalu, kata Chris Turney, seorang peneliti dari Universitas Wollongong yang terlibat setelah penemuan. Maka ia mengira fosil-fosil baru itu juga berusia sangat tua.

Namun kenyataannya berbeda, Turney menganalisa usia dari rangka fosil menunjukan bahwa tulang-tulang hanya berusia 18.000 tahun! Kurcaci itu adalah sebuah jenis manusia yang sepenuhnya baru. Apakah banyak para ilmuwan yang belum pernah melihatnya yang hidup baru-baru ini. Itu adalah penemuan yang sangat besar.

“Saya berjalan bagaikan terbang,” kata Turney. “Saya berjalan berkeliling dengan senyum yang besar sepanjang hari.”
Perdebatan Besar

Para ilmuwan mengumumkan penemuan mereka pada 2004. beberapa ahli antropologi, seperti Turner, dibuat kagum oleh berita tersebut. Tetapi para kritikus dengan cepat memperdebatkan penemuan ini. Mereka mengklaim bahwa rangka yang baru bukan jenis baru. Itu hanyalah seorang anggota spesies seperti kita dari sebuah penyakit microcephaly. Antara gejala-gejala dan kelainan yang lain, orang-orang microcephaly lebih kecil dibanding kepala dan tubuh.

Perdebatan masih berlanjut. Sementara itu, penggalian lebih lanjut pada batu pulau-pulau itu menemukan tulang-tulang dari delapan orang kurcaci lain dengan struktur tulang yang sama. Peneliti mengungkapkan bahwa individu ini hidup antara 95.000 dan 12.000 tahun yang lalu, memperkuat alasan para ilmuwan yang telah menemukan sebuah spesies baru. Roberts berkata, Tidak mungkin seluruh populasi di pulau itu menderita microcephaly pada saat yang bersamaan.

Kebanyakan para ilmuwan sekarang percaya pada H. floresiensis yang berbeda dengan jenis dari H. sapiens, Roberts berkata. “Saya katakan 99,5 persen (dari para ilmuwan) menyetujuinya, ujarnya.

Tetapi tidak setiap orang yakin. Penemuan-penemuan seperti ini bertentangan dengan teori-teori tentang evolusi (padahal teori evolusi juga masih diperdebatkan kebenarannya). Penemuan dari H. floresiensis, sebagai contoh, menentang pandangan bahwa H. sapiens menggantikan semua jenis manusia yang ada karena menyebar di seluruh dunia. Penemuan ini membuktikan bahwa ternyata H.sapiens dan H.floresiensis yang tersebar di dunia selama beberapa puluh ribu tahun terakhir.

Karena ricuhnya argumentasi-argumentasi antara para peneliti, penggalian-penggalian lebih lanjut, yang bisa menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan tentang kurcaci, berhenti pada 2004. namun sekarang, ahli antropologi itu telah siap untuk mengambil sekop-sekop mereka kembali.

Harapan para peneliti untuk menemukan lebih banyak rangka tulang dengan fitur serupa dengan itu H. floresiensis, seperti contoh DNA, yang diperlukan “Ini untuk mengatasi perselisihan kali ini dan terakhir,” Roberts berkata. Lebih banyak fosil-fosil yang akan memberikan lebih banyak secara detail mengenai kehidupan kurcaci-kurcaci itu.

Bukti sampai saat ini menyatakan bahwa kurcaci itu pandai, meskipun otak-otak mereka kecil. Eksplorasi-eksplorasi lokasi-lokasi di mana tulang-tulang itu ditemukan menunjukkan kurcaci-kurcaci menggunakan perkakas dari batu. Mereka berburu komodo dan gajah kecil. Mereka bisa menembak. Dan mereka menemukan sebuah cara untuk bepergian ke Flores, mungkin dari daratan Asia, milik mereka sendiri.

Meskipun antusias dari Roberts dan yang lainnya, ilmuwan masih tidak bisa membuktikan bahwa H. sapiens dan H. floresiensis bertahan hidup di Flores pada waktu yang bersamaan. Hanya dengan banyak menggali, dan studi-studi tambahan tentang tulang-tulang, akan menjawab pertanyaan ini. (Science News/snd)